Tidak dapat dimungkiri, kehadiran musik merupakan refleksi bagi para pendengarnya, bukan hanya sekadar lirik, namun juga bagaimana kamu bisa merasakan momen-momen magis. Ingat saat kamu mendengarkan musik saat berdesak-desakan di kereta? Belum lagi saat pengalaman nge-date pertamamu yang asyik sambil mendengar musik romantis.
Playlist kita pun diwarnai dengan lagu-lagu Dewa 19, lewat tembang 'Kangen' dan 'Pupus'; lalu lagu 'Astaga' dari Ruth Sahanaya, hingga era 2000an awal dengan 'Kisah Kasih Di Sekolah' karya Chrisye. Lagu-lagu yang membuat hidup penuh cinta dan warna. Sementara era 80an, nuansa musiknya memadukan unsur tradisional dan modern dengan genre pop, rock hingga dangdut ala Rhoma Irama, maupun lirik yang penuh kritik seperti lagu-lagu Iwan Fals.
Sampai kedatangan genre baru seperti R&B, Hip Hop, Pop Punk tidak banyak mengubah selera pendengarnya-kamu yang lahir di era 80, 90 hingga 2000an awal-yang memang memiliki selera tersendiri soal musik. Apalagi yang sudah terbiasa mendengar instrumen synthesizer dan drum elektronik yang khas.
Mengutip CNN dalam salah satu hukum psikologi sosial yang paling banyak diteliti: efek eksposur belaka. "Singkatnya, itu berarti semakin kita terpapar pada sesuatu, semakin kita cenderung menyukainya," Frank McAndrew, seorang profesor psikologi, menulis di The Conversation.
"Ini terjadi pada orang yang kita kenal, iklan yang kita lihat, dan, ya, lagu yang kita dengarkan."
McAndrew juga menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, kita cenderung tidak punya waktu untuk menemukan dan mendengarkan musik baru-yang berarti kita lebih cenderung mendengarkan lagu-lagu lama kita, semakin sering mengekspos diri kita kepada mereka dan oleh karena itu meningkatkan kecenderungan kita untuk lebih menyukai musik lama.
"Bagi banyak orang yang berusia di atas 30 tahun, pekerjaan dan kewajiban keluarga meningkat, jadi lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk menemukan musik baru."
Berikut beberapa alasan mengapa musik lawas tetap digemari:
- Adanya keterikatan emosi dan perasaan
Lagu-lagu lama biasanya memiliki lirik dan melodi yang sangat kuat dan mudah diingat. Ketika mendengarkan lagu tersebut, kita seringkali merasakan emosi yang sama seperti saat pertama kali mendengarnya. Lagu tersebut dapat memicu kembali perasaan yang terkait dengan kenangan dan pengalaman atau momen penting di masa lalu (nostalgia). - Memiliki karakteristiknya sendiri
Musik dan lagu-lagu lama seringkali memiliki karakteristik yang berbeda dengan musik yang ada saat ini. Genrenya beragam, seperti musik jazz, blues, rock and roll, atau pop, di mana dari era 60-an hingga 90-an memiliki gaya vokal yang unik ataupun nada dan iramanya masing-masing. - Tidak lekang oleh waktu (Timeless)
Meskipun sudah berusia puluhan tahun, musik dan lagu-lagu lama tetap terdengar fresh dan relevan hingga saat ini. Mereka tetap bisa menjadi hiburan bagi generasi baru. - Inspirasi bagi musik masa kini
Pernahkah kamu merasa mengenal irama tertentu saat mendengarkan lagu baru? Jika pernah, ada kemungkinan musisi tersebut terinspirasi dari lagu lama untuk menciptakannya. Contohnya banyak musisi terinspirasi oleh musik klasik, seperti Maroon 5 dengan lagu "Memories" terinspirasi oleh "Canon in D" karya Pachelbel, lagu "Because" karya The Beatles terinspirasi "Moonlight"
Kini, tidak jarang musisi baru yang mengadopsi gaya bermusik lawas ala 80-an, seperti yang dilakukan Wijaya 80, grup musik asal Jakarta yang beranggotakan Ardhito Pramono, Hesky Joe & Erikson Jayanto dengan nuansa synthesizer serta suara khas dari mic ala 80-an yang natural. Mundur dua tahun ke belakang, ada Bilal Indrajaya yang merilis album "Nelangsa Pasar Turi" dengan lirik khas yang syahdu dengan warna musik lawas, dan masih banyak lagi musisi Indonesia yang mengadopsi musik lawas.
Lebih dari sekadar passion, penikmat musik lawas kini meluas berkat hadirnya media sosial. Hanya dengan scroll siang hari saat jam istirahat kerja, atau saat libur kuliah kamu bisa mengetahui lagu-lagu di berbagai platform musik, dan sesekali mendengarkannya lewat radio mobil saat macet-macetan di jalan raya.
Jadi, untukmu yang sekarang berusia 20 tahun atau 30 tahun++, apakah mendengarkan musik-musik lawas itu memiliki sensasi berbeda dan menghadirkan nostalgia bagimu?
Penulis: Muhammad Ridho Fachrezi
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)