Swalayan perlengkapan rumah serba ada, MR.D.I.Y., baru saja merampungkan hajat besar perdananya di dunia seni rupa: MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025. Mengusung tema "Identity & Diversity", kompetisi ini menjadi ajang pertemuan ide, teknik, dan narasi dari seniman lintas daerah.
Usai membuka dua kategori pendaftaran—umum dan pelajar—hingga 30 Juni lalu, MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 menghasilkan tiga pemenang utama: Grand Prize, Judges' Award, dan President Director's Award untuk masing-masing kategori. Menariknya, dari total ribuan karya dan pendaftar, MR.D.I.Y. juga memberikan ruang pamer bagi 20 karya terpilih di lorong toko MR.D.I.Y. di Lotte Mall Jakarta pada 6-17 Agustus 2025.
Pameran di Tengah Swalayan
Komitmen MR.D.I.Y. Indonesia terhadap perkembangan ranah seni di tanah air terbilang konsisten. Setelah sukses berkolaborasi dengan seniman asal Yogyakarta, Wulang Sunu—yang karyanya telah menghiasi elemen display di MR.D.I.Y.—kini para pengunjung juga bisa menikmati pameran terbuka.
Di toko flagship MR.D.I.Y. di Lotte Mall Jakarta, dua puluh karya terbaik dari ribuan yang mendaftar tertata estetis di antara lorong-lorong display, membuat pengunjung yang biasanya sekadar datang memburu produk peralatan rumah tangga berkualitas menjadi penikmat seni dengan pengalaman berbeda.
Tak jauh dari fasad , karya berjudul Rakit Rekat Nusantara milik M. Aidi Yupri dipajang terang-benderang bak pintu masuk pameran. Karya yang dinobatkan sebagai peraih Grand Prize Kategori Umum ini disebut melambangkan semangat kolektif budaya Nusantara lewat visualisasi hutan, perahu, dan buku yang saling berkelindan.
Di balik panel Rakit Rekat Nusantara, tampil pula seni instalasi berjudul Babad Tanah Leluhur: Wasiat Bunga Kencana Wungu karya Andita Purnama, yang memenangkan Judges' Award pada kategori umum. Sementara itu, karya komposisi Dona Prawita Arissuta yang diberi judul We've Not Just Been Extremely Fortunate dan dianugerahi President Director's Award dipajang tak berjauhan.
Karya-karya MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 di MR.D.I.Y. Lotte Mall, Jakarta (6/8/2025)/ Foto: CXO Media |
Belum selesai di sana, display pameran MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 yang bermuara pada signage karya Wulang Sunu di bagian dalam toko, juga menampilkan sejumlah karya lain, termasuk tiga pemenang kategori pelajar dan mahasiswa: mulai dari visualisasi meja makan Upacara Imlek Versiku milik Diandra Lamees (Grand Prize); Penyambutan Semesta #2 karya Raden Muhammad Taufik Hidayat (Judges' Award); dan Momen Pemersatu dari Prakadetto Alansa (President Director's Award).
Seni, Swalayan, dan Ruang Baru bagi Seniman
MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 membuktikan bahwa ruang apresiasi seni bisa muncul di tempat yang tidak terduga, seperti toko swalayan. Format ini menghadirkan kedekatan langsung antara karya seni dan publik yang mungkin sebelumnya tidak akrab dengan galeri.
Sebagai ajang perdana, MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 juga mampu mewadahi kreativitas para pegiat seni di Indonesia secara lebih luas. Kontes ini menarik atensi hingga 1.600 pendaftar dan menerima 2.300 karya.
Turut melibatkan figur-figur seni seperti R.E. Hartanto, Mitha Budhyarto, Abigail Hakim, juga Presiden Direktur MR.D.I.Y. Indonesia, Edwin Cheah, sebagai juri, MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 berupaya memberikan penilaian yang profesional dan cukup objektif.
Para Pemenang MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025/Foto: Istimewa |
Menurut R.E. Hartanto, proses penjurian memakan waktu yang cukup panjang; dimulai dari menyaring ribuan karya menjadi 100 besar, lalu menentukan 20 besar. "Kalau misalnya orang balap lari atau berenang kan gampang menentukan juaranya, pokoknya yang paling cepat itu juara. Tapi [penjurian seni] ini harus melewati tahapan kuantitatif juga," katanya.
Hartanto menambahkan, penilaian melalui pemberian skor dilakukan pada tahap awal agar bisa dikuantifikasi. Namun, pada tahap lebih lanjut, penilaian juri menjadi lebih kualitatif. Meski subjektivitas sulit dihindari, para juri mencoba mengambil konklusi dengan argumen dan penilaian yang dalam.
"Jadi sebetulnya setiap juri bisa disebut seperti promotor. Saya punya 'jagoan', begitu pula para juri yang lain. Tapi agar tidak bias, kami harus saling berargumentasi kenapa suatu karya layak menang. Perbedaannya kadang tipis sekali. Itulah yang membuat proses ini menantang, tapi juga menarik," lanjutnya.
Selain ide dan konsep, juri juga menilai rekam jejak seniman dan body of work mereka. Menurut Hartanto, pendekatan ini membantu melihat karya secara lebih utuh, bukan sekadar hasil kompetisi semata.
Di samping menobatkan karya-karya terbaik dan memamerkannya secara berkala, MR.D.I.Y. Indonesia juga akan mengorbitkan karya-karya terpilih secara lebih lanjut. Karya-karya dari para pemenang di Indonesia akan dipersaingkan dengan pemenang kompetisi serupa dari MR.D.I.Y. Thailand dan Malaysia.
Tentu, kerangka kerja MR.D.I.Y. kali ini patut diapresiasi. Selain membawa peluang bagi mereknya ke ranah yang lebih luas—dalam hal ini seni—mereka turut bersungguh-sungguh mengupayakan kemajuan ranah seni dalam negeri. Kompetisinya yang berujung pada pameran publik terbilang cukup memberikan eksposur luas bagi seniman, serta membangun jembatan antara pasar ritel dan ekosistem seni.
Pada pangkalnya, ajang ini diharapkan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Bisa menjadikannya agenda tahunan dengan kurasi yang terus diperkuat, sehingga kian membantu posisi seni rupa Indonesia menjadi lebih solid.
(cxo/RIA)
Karya-karya MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025 di MR.D.I.Y. Lotte Mall, Jakarta (6/8/2025)/ Foto: CXO Media
Para Pemenang MR.D.I.Y. Indonesia Art Competition 2025/Foto: Istimewa