Perihal produktivitas dan kolektivitas dalam bermusik, Tangerang Raya tampak akan menanggalkan capnya sebagai sekadar kawasan penyangga bagi Jakarta. Dalam waktu segera, taji para musisinya—yang berdomisili di bentang perbatasan bilangan Barat dan Selatan kota Metropolitan hingga mepet wilayah Serang—akan memancar kian terang, dengan diperkenalkannya sebuah inisiatif kolektif domestik bernama Soundwich.
Gelombang Musik Tangerang
Soundwich resmi diluncurkan di Sandwich Attack, salah satu venue langganan hajat permusikan di pusat kota Tangerang, pada Senin 9 Juni 2025. Kehadiran Soundwich menyerupai suatu kanal berkarya yang inklusif dan suportif bagi para musisi se-Tangerang Raya.
Ruang yang disiapkan Soundwich meliputi ekosistem berjejaring, baik untuk berbagi pengalaman kreatif, mengembangkan ide dan terobosan segar, hingga menciptakan iklim berkarya yang menyenangkan.
Mengusung spirit #MomentumLoDimulai, Soundwich akan menampung, mengedarkan, serta mempresentasikan karya-karya terkurasi, yang digubah langsung oleh insan musik dari sekitaran Tangerang Raya.
Menurut narahubung Soundwich, Septian Adi, nama kolektif ini sendiri memang sengaja dibuat catchy—terilhami dari menu popular sandwich dan/atau Sandwich Attack yang ikonis.
"Dari sandwich ke soundwich rasanya terdengar dekat," tuturnya kepada CXO Media dalam pesan singkat, "kami berharap kolektif ini, sejak dari namanya, bisa berkesan dan digemari banyak orang."
Seperti halnya sepotong sandwich, yang berhasil memadukan bermacam bahan pangan menjadi santapan lezat dan menggugah, Soundwich juga siap memadankan keragaman karya musik lintas genre dari musisi Tangerang kepada publik yang lebih luas.
Soundwich pun telah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para musisi se-Tangerang Raya untuk mengajukan karya-karya orisinal ke dalam rangkaian program yang telah dirancang secara bertahap. Program ini mencakup lima tahap: Submission, Hearing Session, Showcase, Recording, dan CD Kompilasi.
Ekosistem Terpadu
Scene musik Tangerang Raya terbilang rajin melahirkan nama-nama musisi yang mampu mencuri perhatian. Nama-nama seperti The Cat Police, Tabraklari, Hong!, Elefentwelfth, The Regards, dan lain sebagainya lahir di rahim Tangerang, yang acap kalah terang dengan kerlipan lampu Jakarta. Namun, ekosistem musik yang tumbuh di Tangerang Raya tak pernah sepi. Upaya untuk mengangkat kekaryaan sesama musisi asli Tangerang terus digerilyakan bersama-sama.
Para pergerakannya, Soundwich sendiri melibatkan tiga kurator utama, yang akan menentukan proses submisi karya. Bermodal prinsip "Dari Kita untuk Kita," Soundwich melibatkan sosok-sosok yang selama ini tak lelah menghidupi ekosistem musik dan kreatif di Tangerang, dan tentunya, kapabel. Yakni, Gerry L. Fauzi (Dirty Ass, HONG!, dan Enak Terus Kolektif), Tir 'Petir' Saputra (Eleventwelfth, Jimi Jazz, Morfem), dan Saipul 'Tebsky' Anwar (Kilometer dan Undertaker Familia, UTK Records).
"Soundwich menjadi tempat aman dan suportif bagi musisi untuk mengeksplorasi karyanya, memperluas jaringan, dan memperkuat solidaritas antar pelaku musik di luar sekat genre khususnya di area Tangerang," jelas Petir.
Agenda dan program yang dirancang Soundwich juga siap membawa karya-karya "pendekar Cisadane" kepada audiens yang lebih besar. Di mana karya-karya terkurasi akan diperdengarkan dalam sesi dengar dan diskusi. Kemudian, tiga musisi yang terpilih juga akan tampil sebagai bintang di "Showcase Soundwich", hingga mendapat kesempatan untuk masuk dapur rekaman, dan diorbitkan ke dalam bentuk CD Kompulasi Soundwich.
"Entitas ini hadir menghapus 'sekat' yang selama ini ada, jadi mari kita semua berjejaring lewat Soundwich," tutur Tebsky.
(cxo/RIA)