Interest | Art & Culture

Eksplorasi Materialitas Tanah Albert Yonathan Setyawan dalam "Transitory Nature of Earthly Joy"

Senin, 10 Jun 2024 17:30 WIB
Eksplorasi Materialitas Tanah Albert Yonathan Setyawan dalam
Eksplorasi Materialitas Tanah Albert Yonathan Setyawan dalam "Transitory Nature of Earthly Joy"/Foto: Mizuma Gallery
Jakarta -

Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup adalah perubahan. Agaknya, hal tersebut akan terlintas dalam kepala ketika memerhatikan karya-karya Albert Yonathan Setyawan dalam pamerannya, Transitory Nature of Earthly Joy. Diadakan di Tumurun Museum, Surakarta, Indonesia, Transitory Nature of Earthly Joy memperlihatkan eksplorasi sang seniman pada materialitas tanah, terutama pada sifatnya yang mudah berubah atau diubah.

Tanah, Transisi, dan Transformasi

Judul Transitory Nature of Earthly Joy mengacu pada bagaimana bentuk suatu material bisa diubah secara bertahap oleh alam-yang akhirnya bisa mentransformasikan sifat material tersebut. Salah satu faktor ketertarikan Albert Yonathan pada material tanah sendiri adalah karena sifatnya yang fana dan bisa berevolusi seiring waktu. Sifat ini, sesungguhnya berkebalikan dari kualitas "permanen" yang dicari dari material untuk pembuatan keramik.

Pameran ini menampilkan 12 karya baru oleh Albert Yonathan. Dari jumlah total ini, 9 karya ditampilkan sebagai set instalasi yang terbuat dari tanah liat mentah, tanah kompos, benih, tanaman, dan bahan organik lainnya; sedangkan 3 karya lainnya berbentuk instalasi keramik.

Eksplorasi Albert Yonathan dalam "ketidakkekalan" material tanah yang ditampilkan dalam pameran ini dimulai sejak 2016, saat ia mulai bereksperimen menanam benih di tanah liat mentah yang belum dibakar, dengan menambahkan tanah kompos dan bahan organik lainnya. Dalam eksperimen tersebut, beberapa benih bertunas dan tumbuh besar hingga mengubah bentuk obyek dari asalnya. Ia kemudian memutuskan untuk mengeksplorasi hal ini lebih jauh dengan mengurangi keterlibatan dan kendalinya atas bentuk akhir karya. Selama pameran berlangsung, benih dan tanaman yang terkandung dalam karya masih mungkin untuk terus bertumbuh dan berubah bentuk, atau justru mati dan membusuk. Hal ini membuat kondisi karya akan terus berubah secara bertahap, bahkan hingga pameran berakhir.

Karya-karya dalam Transitory Nature of Earthly Joy mengambil bentuk replika dari benda-benda terkait altar yang bisa ditemukan di kuil atau candi Buddha. Terdapat karya berbentuk guci abu, yang secara bersamaan bersifat personal sekaligus puitis bagi sang seniman—yang kedua orang tuanya meninggal saat ia masih berusia muda. Jika biasanya, objek-objek ini dibuat untuk tahan lama, dalam karya Albert Yonathan mereka justru dibuat menggunakan material yang terus bertransformasi seiring waktu. Bagi Albert Yonathan, praktik berkesenian adalah proses refleksi dan mencari makna di balik berbagai kejadian.

Salah satu instalasi terdiri dari 404 objek yang dicetak menggunakan mold yang sama, dipajang secara berjajar. Proses pencetakan berulang ini menjadikan karya dari ujung satu ke ujung lain memiliki bentuk yang berbeda. Detail dari bentuk berulang tersebut, lama kelamaan menipis hingga menghilang. Karya ini juga mengomunikasikan persepsi Albert Yonathan mengenai waktu, yang baginya berjalan secara non-linear. Lebih jauh dari memperlihatkan bagaimana waktu terrekam dalam objek, pameran ini merupakan bentuk refleksi puitis tentang hakikat keberadaan manusia melalui eksplorasi materialitas tanah liat.

Transitory Nature of Earthly Joy terbuka untuk dikunjungi dari 8 Juni 2024 hingga 12 Januari 2025 di Tumurun Museum, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Tumurun Museum buka Selasa hingga Kamis pada pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, dan Jumat hingga Minggu pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi langsung laman Instagram @tumurummuseum atau situs www.tumurunmuseum.org.

(alm/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS