Interest | Art & Culture

Review Fallen Leaves: Pencarian Harapan dalam Sepi

Jumat, 01 Mar 2024 18:00 WIB
Review Fallen Leaves: Pencarian Harapan dalam Sepi
Foto: Sputnik/Bufo
Jakarta -

Ansa (Alma Pöysti) adalah seorang pegawai pasar swalayan, dan Holappa (Jussi Vatanen) bekerja sebagai pengolah logam. Keduanya tinggal di Helsinki, dan keduanya menjalani kehidupan yang sepi. Satu malam, tanpa sengaja mereka bertemu di suatu bar karaoke. Jika ditebak bahwa ini adalah awal dari romansa, memang benar, namun jalan yang perlu mereka berdua tempuh masih panjang dan penuh lika-liku.

Kira-kira, begitulah plot dari Fallen Leaves (Kuolleet lehdet) karya Aki Kaurismäki. Sebelum ditayangkan secara spesial di Plaza Indonesia Film Festival 2024, film Finlandia rilisan tahun 2023 ini telah menuai banyak pujian. Tak sulit melihat mengapa setelah menyaksikannya—narasi yang dibawa terbilang cukup sederhana dan berjalan dengan mudah ditebak, namun eksekusinya memperlihatkan keterampilan dan karakter Kaurismäki secara utuh.

Review Fallen Leaves

Holappa, seorang alkoholik, mengaku ia depresi karena terlalu sering mengonsumsi alkohol. Namun, ia juga mengatakan bahwa ia minum alkohol karena depresi, menciptakan siklus yang destruktif. Tak hanya sekali juga ia dipecat dari pekerjaannya karena kebiasaannya minum alkohol ketika bekerja. Di sisi lain, Ansa pun dipecat dari supermarket karena ketahuan mengambil makanan yang sudah kadaluarsa.

Keterasingan dan eksistensi sepi yang dialami oleh kedua karakter ini termanifestasi dalam berbagai detail film. Ketika keduanya bertemu dan membangun koneksi, isolasi yang mereka alami tertuang dalam bagaimana canggungnya interaksi mereka—Ansa dan Holappa bahkan tak mengetahui nama satu sama lain dalam beberapa pertemuan pertama. Pada satu momen di mana Ansa mengundang Holappa untuk makan malam di rumahnya, terlihat ia membeli seperangkat alat makan ekstra sambil berbelanja bahan makanan, mengimplikasikan bahwa tak pernah ada orang yang berkunjung ke rumahnya. Di saat lain, tampak Holappa bingung karena ia tidak memiliki pakaian yang presentable untuk menemui Ansa.

Helsinki dalam Fallen Leaves seakan ada di semesta lain. Dalam beberapa momen, bisa dilihat bahwa kalender yang tampil di sejumlah adegan bertuliskan tahun 2024, namun berita radio yang menjadi latar banyak mendeskripsikan invasi Rusia kepada Ukraina tahun 2022. Teknologi yang digunakan pun bersifat anakronistik—meski setting waktunya masih sama dengan masa kita hidup kini, tak ada smartphone yang terlihat sepanjang film. Jangankan smartphone, televisi pun tidak pernah tampak. Orang-orang berkomunikasi, berinteraksi, dan mencari hiburan layaknya berada di gabungan era 1990-an dan film noir. Tak hanya sekali karakter-karakter di dalamnya diperlihatkan berdiri di ruangan gelap sambil menatap hujan di luar jendela, dengan kamera yang juga statis. Semua terasa kaku dalam porsi yang tepat.

Dalam film yang didominasi warna gelap ini, cahaya yang ditampilkan terlihat lebih distingtif. Pemilihan warna-warna yang jelas intensional membangun atmosfer yang melankolis—menegaskan karakter Helsinki dalam visi Kaurismäki. Terlepas dari segala kemuraman yang ditampilkan, bagaimana Ansa dan Holappa menemukan satu sama lain serta melewati berbagai rintangan untuk mencoba membangun hubungan memperlihatkan bahwa pada intinya, Fallen Leaves adalah film yang hopeful. Dalam tatapan datar Ansa dan Holappa, yang mereka tatap adalah harapan bahwa semuanya bisa menjadi lebih baik.

(alm/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS