Interest | Art & Culture

Dari "Urip" hingga "Urup", Kunto Aji Bawa Sepaket Penjernih Akal Lewat 'Pengantar Purifikasi Pikir'

Selasa, 19 Sep 2023 17:48 WIB
Dari
Foto: Kunto Aji
Jakarta -

Akibat "Terlalu Lama Sendiri" (2015), sosok Kunto Aji sebagai musisi yang pernah mengikuti ajang pencarian bakat perlahan luput dari ingatan publik. Tak lama berselang, dirinya yang seperti enggan hidup di balik bayang kesendirian lantas merapalkan Mantra Mantra (2018) yang lebih bernada bijak. Dan kini, berselang lima tahun sejak jampi-jampi magisnya sukses melenakan sekalian jiwa, pemilik nama lengkap Kunto Aji Wibisono tersebut mantap melepas sepaket album terbaru berjudul Pengantar Purifikasi Pikir.

Meski judulnya lebih cocok dijadikan nama mata kuliah filsafat bagi mahasiswa tingkat dasar, musisi asal Yogyakarta itu justru menyatakan, bahwa istilah "Pengantar Purifikasi Pikir" telah tercetus secara natural di kepalanya, beberapa saat sejak Mantra Mantra mulai diperdengarkan. Tak heran jika secara tema, album Pengantar Purifikasi Pikir menjelma bak perpanjangan rasa dari Mantra Mantra, karena masih berkutat soal dunia yang berkembang di sekitaran Kunto Aji.

"Saya mencoba menangkap apa yang dirasakan di lima tahun terakhir, dan dorongan terbesar adalah apa yang membuat saya tumbuh serta tetap bisa dan mau menjalani hidup," tutur Kunto, yang merilis album baru ini di bawah bendera label independennya, Rancang Rencana Records.

Masih Bernuansa Personal

Merujuk tema album yang lagi-lagi berkutat tentang dirinya, Kunto Aji yang telah merilis Pengantar Purifikasi Pikir ke seluruh platform streaming musik digital per 14 September 2023 kemarin pun tak ragu untuk merangkul orang-orang terdekatnya sebagai produser bersama. Sebut saja, Afif Gifano dan Pandji Akbari, yang masing-masing adalah kibordis dan gitaris yang sudah mengiringi Kunto Aji sejak Generation Y (2015).

Ada pula goresan-goresan nada yang diberikan oleh dua kolaborator sejawat Kunto Aji, yakni Dimas Pradipta dan Enrico Octaviano, yang masing-masing mengisi sejumlah part dalam lagu bernuansa nu-soul "Rona Merah Langit" dan "Perjalanan Menawar Racun" yang menawarkan rasa alternative rock.

Walaupun tak selalu mudah untuk mewujudkan apa yang terdapat di kepalanya, Kunto Aji mengaku puas dengan album yang digarapnya selama dua tahun ke belakang. "Bagian paling seru ketika sudah di-mixing oleh Stevano dan mastering oleh Dimas Pradipta dan lagu-lagunya jadi," katanya dalam keterangan pers. "Rasanya kayak menyusun teka-teki yang tadinya nggak jelas bentuknya, dan pas sudah jadi, itu bagus banget."

[Gambas:Instagram]

Dari "Urip" hingga "Urup"

Sulit dimungkiri, Kunto Aji merupakan salah satu musisi yang sanggup menimang rasa puas dan tidak mau puas pada saat bersamaan. Namun anehnya, hal ini justru bukan terlihat labil atau plin-plan, justru menjelma menjadi suatu kekuatan paradoksikal, yang tersampaikan secara merdu sekaligus mampu mengolok-olok ide para pendengar.

Hal ini bisa dilihat dari kelihaiannya menciptakan tembang-tembang ikonik, namun selalu berupaya untuk melampauinya-atau, tidak mau terjebak di dalam pusarannya. Dalam kekaryaan Kunto Aji sendiri, betapa bayang-bayang kesuksesan "Terlalu Lama Sendiri", disusul Mantra Mantra yang digdaya hadir laiknya sepasang objek yang siap membayangi karir depannya.

Karena itu, sang musisi 36 tahun akhirnya merasa perlu untuk lekas melepas album penuh ketiga. Minimal, melalui Pengantar Purifikasi Pikir, Kunto Aji berupaya untuk menyusulkan pesan-pesan berisi falsafah hidup yang ia pegang teguh, sedari lagu "Urip" yang dipatok sebagai pembuka hingga "Urup" di bagian penutup. Kedua lagu tersebut, meskipun terdengar sederhana, namun nyatanya sangat menarik untuk dicermati lebih lanjut lagi.

Meminjam masing-masing judul dari falsafah jawa "Urip iku urup", yang secara terminologis, dapat diartikan sebagai suatu paham hidup yang menyala-nyala, Kunto Aji terdengar seperti sedang memanifestasikan jalan berkehidupannya, yang wajib terus bertumbuh demi kebaikan di sekitar.

Meski entah apa maksudnya yang utama, sepasang lagu yang tampak mengambil peran sebagai prolog dan epilog dalam Pengantar Purifikasi Pikir tersebut seperti menyiratkan satu garis tarikan hidup, yang pasti bermula dan pasti menemui akhir. Terwakili oleh lirik, "Kita mati setiap malam, untuk bangkit saat pagi" di masing-masing lagu, setidaknya, para pendengar dapat mencerna pesan lebih lanjut soal cara hidup yang tidak perlu terlena dalam nikmat atau pedih yang sejatinya hanya berlaku sesaat.

Untuk Memulai Kembali

Menawarkan 9 track dengan total durasi 37 menit 6 detik, Pengantar Purifikasi Pikir yang dibuka dengan perlahan oleh "Urip" dan dipungkaskan "Urup" nyatanya ikut menambahkan beberapa kejutan. Mulai dari selipan pesan menyentuh kalbu pada "Melepas Pelukan Ibu" yang dibaluti nada-nada dinamis, lalu meneruskannya dengan dentuman elektronik ala drum dan bass di dalam "Asimetris". Terdengar pula sisipan delapan jenis frekuensi Solfeggio-yang direformulasikan dari kesuksesan Mantra Mantra.

Eksplorasi bermusik beserta lirik yang kian personal dan intim pun semakin memuncak di lagu bernada pop khas Kunto Aji, "Jangan Melamun Saat Hujan", atau "Rona Merah Langit" dan "Perjalanan Menawar Racun". Lagu yang terakhir disebut, juga patut mendapat perhatian. Pasalnya, narasi falsafah berkehidupan yang menyimpan ribuan pertanyaan kembali dilontarkan dalam lagu ini dengan cara yang tidak kalah menarik.

Sementara dari segi vokal, Kunto Aji juga berupaya keluar dari zona nyamannya dengan mengambil inspirasi dari sumber tak terduga. Konon katanya, "dari politisi, kayak Barack Obama, Pak Gita Wirjawan, Pak Jokowi." Agaknya Kunto Aji hendak meniru tutur manis ala politisi yang mampu meyakinkan banyak orang, dan semoga tanpa disertai kemampuan mereka dalam berbual.

Sebab seperti yang kita tahu, selama ini Kunto Aji dan lirik-liriknya selalu kuat dan "Jernih"-seperti lagu kelimanya di dalam album Pengantar Purifikasi Pikir-dan dirinya tidak pernah kehilangan karakter. Alhasil, dengan beredarnya Pengantar Purifikasi Pikir, ekspektasi besar pada diri Kunto Aji seusai Mantra Mantra dapat tertangguhkan sementara waktu, meski belum tentu mampu-atau memang tidak perlu-melampaui kesaktian Mantra Mantra.

Paling tidak, setelah Mantra Mantra sukses menabur bibit-bibit penenang jiwa, Pengantar Purifikasi Pikir seyogyanya bisa dinikmati sebagai tali persambungan di kalbu para pendengar, untuk kemudian bergegas memetik subur buah dari pohon diri masing-masing. Mudahnya, kalau Mantra Mantra yang lalu sudah terbukti ampuh sebagai penyembuh luka di setiap penghujung hari, mungkin, Pengantar Purifikasi Pikir bisa jadi sepiring sarapan di pagi kemudiannya, yang berisikan keberanian, "Untuk kejar mimpi lagi, Untuk jatuh cinta lagi, Untuk relakan yang pergi,Untuk memulai kembali."

[Gambas:Audio CXO]

(RIA/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS