Interest | Art & Culture

5 Rekomendasi Film untuk Rayakan Hari Keluarga

Selasa, 16 May 2023 18:00 WIB
5 Rekomendasi Film untuk Rayakan Hari Keluarga
Foto: Various
Jakarta -

Keluarga merupakan salah satu ikatan terindah dalam hidup kita. Sejatinya, kita dilahirkan dalam lingkaran keluarga yang secara otomatis menjadi tempat kita tumbuh dan berkembang. Tak hanya itu, bagi sebagian orang keluarga merupakan tempat yang ideal untuk pulang, menjadi diri sendiri, berbagi keluh kesah dalam keadaan suka atau duka. Dalam merayakan Hari Keluarga Sedunia, kami merangkum beberapa film tentang ragam bentuk keluarga dan arti yang menyertainya.

Film untuk Rayakan Hari Keluarga

Inilah daftar film untuk rayakan Hari Keluarga yang bisa jadi alternatif pilihan kamu selama ini.

Broker (2022), Hirokazu Kore-eda

Sebuah film tentang found family yang dapat menyentuh hati. Diperankan oleh Song Kang-ho (Parasite, Memories of Murder), Gang Dong-won (A Violent Prosecutor, Peninsula), dan solois IU (Hotel Del Luna, My Mister), Broker mengisahkan tentang seorang pemilik tempat laundry yang menjalani bisnis gelap bersama temannya. Menjadi relawan di gereja, mereka sesekali mencuri bayi dari sebuah kotak adopsi untuk menjualnya ke orang tua yang membutuhkan anak. Merekalah sang broker yang memiliki niat baik yakni untuk memberi bayi rumah dan keluarga yang layak. Namun, tentu saja aksi ini layak dipertanyakan moralitasnya.

Suatu hari, seorang gadis yang telah meninggalkan bayinya di kotak adopsi kembali untuk mengecek kondisi sang bayi, hanya dipertemukan oleh kotak yang telah kosong. Setelah membuat beberapa kesepakatan, sang ibu memutuskan untuk mengikuti perjalanan sang broker yang hendak memperjualbelikan sang anak untuk mengetahui siapa orang yang akan mengadopsi sang bayi. Di saat yang bersamaan, dua polisi tertarik untuk menyelidiki kasus perdagangan bayi yang sedang dilakukan para broker.

Dari sini, sutradara Kore-eda pun perlahan melambungkan aksinya dalam menyajikan kisah keluarga situasional dengan chemistry yang hangat. Tak berhubungan darah, namun mereka sama-sama berasal dari latar belakang yang serupa; orang-orang yang ditelantarkan oleh keluarga masing-masing meski karena alasan yang berbeda. Pada akhirnya, Broker berhasil menggambarkan kehidupan yang tak selamanya hitam putih dengan menyajikan kisah found family yang humanis dan menghangatkan hati.

Hereditary (2018), Ari Aster

Didapuk sebagai salah satu film paling seram, Ari Aster menyorot tema kultus yang hadir dalam warisan leluhur sebuah keluarga. Diawali dengan kematian nenek di keluarga Graham, kejadian mistis nan misterius mulai menimpa masing-masing anggota keluarga. Secara komposisi, Hereditary memang sukses sebagai film yang membuat bulu kuduk berdiri. Visual yang penuh teror namun apik, permainan scoring yang megah dan membekas, hingga akting para aktor yang spektakuler. Di balik itu semua, Hereditary bukan sekadar film horor mengerikan yang mampu membuat kita terngiang akan adegan-adegannya. Hereditary mengilustrasikan sebuah pesan sederhana, bahwa tak seorang pun dapat memilih di keluarga seperti apa mereka dilahirkan dan warisan keluarga tetap mengalir sepanjang masa.

The Royal Tenenbaums (2001), Wes Anderson

Narasi The Royal Tenenbaums berfokus pada Royal, seorang ayah yang ingin memperbaiki hubungan dengan istri yang terasingkan dan ketiga anaknya yang eksentrik; Richie, seorang petenis profesional yang menyukai sang adik tiri, Margot; Chas, seorang pebisnis dan matematikawan jenius yang uang hasil kerjanya seringkali dicuri Royal; dan Margot, seorang anak angkat yang cenderung misterius dan memiliki trauma masa lalu. Mereka enggan untuk tinggal bersama di bawah satu atap karena berbagai alasan. Mendengar kabar sang istri yang akan menikah lagi, Royal pun berbohong dan mengaku dirinya mengidap kanker perut demi mempersatukan kembali keluarga intinya yang sudah jauh dan mendapatkan kembali cinta mereka.

Tak semua keluarga itu sempurna. Hubungan tak harmonis, kecemburuan, rasa asing, favoritism—semua ini seringkali hadir dalam sebuah keluarga. Melalui The Royal Tenenbaums, Wes Anderson mencoba untuk menghadirkan film tentang dysfunctional family, lebih spesifiknya tentang hubungan ayah dan anak.

Meet The Robinsons (2007), Stephen Anderson

Tak bisa dimungkiri, film kartun atau animasi memang paling sering menghadirkan tema tentang keluarga. Dari beberapa pilihan, Meet The Robinsons menghadirkan cerita animasi tentang keluarga yang unik dan tak lekang oleh waktu.

Bertema science-fiction, Meet The Robinsons menceritakan tentang Lewis, seorang anak yang pintar dan gemar membuat penemuan-penemuan aneh meskipun kebanyakan darinya gagal dan membuat kerusuhan bagi orang sekitarnya. Satu sisi, Lewis merupakan anak sebatang kara yang sangat ingin bertemu dengan sang ibu. Ia pun menciptakan mesin yang mampu melihat memori di dalam otak agar dapat melihat rupa sang ibu yang menelantarkannya sewaktu kecil. Namun, mesin tersebut dicuri oleh seorang antagonis bernama Bowler Hat Man dan rekannya, Doris.

Kemudian, Lewis bertemu dengan seorang anak bernama Wilbur Robinson yang mengaku bahwa dirinya datang dari masa depan. Mereka kemudian menjelajahi masa depan menggunakan mesin waktu untuk memburu Bowler dan Doris. Singkat cerita, mesin waktu milik Wilbur rusak dan Lewis terjebak di masa depan. Sembari memperbaiki mesin waktu, Lewis bertemu dengan anggota-anggota keluarga Robinson lain yang cenderung eksentrik. Anehnya, Lewis merasa sangat nyaman, dimengerti, dan disayang oleh keluarga Robinson. Pada akhirnya, film ini tak hanya mengajarkan tentang keluarga namun juga mengenai acceptance dan pentingnya masa sekarang.

Lovely Man (2011), Teddy Soeriaatmadja

Film karya sineas Indonesia pun sering melakukan eksplorasi tema tentang keluarga. Salah satunya adalah film garapan Teddy Soeriaatmadja tahun 2011, Lovely Man, yang mengisahkan tentang Cahaya, seorang perempuan yang pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan sosok ayah. Sedari kecil, Cahaya hanya tinggal bersama ibunya dan tak pernah bertemu dengan sang ayah yang meninggalkannya merantau ke ibu kota saat dirinya berusia empat tahun. Meski demikian, sang ayah kerap mengirimkan sejumlah uang setiap bulannya untuk membiayai keperluan Cahaya dan ibunya.

Meski tanpa restu sang ibu, Cahaya berangkat ke Jakarta untuk mencoba bertemu dengan ayahnya. Bermodal nekat, uang saku seadanya, dan selembar kertas bertuliskan alamat, Cahaya pun memulai perjalanan untuk mencari sosok kepala keluarganya yang bernama Syaiful. Tak disangka, Cahaya berhasil bertemu ayahnya yang berwujudkan seorang waria yang bekerja sebagai seorang pekerja seks komersial di Taman Lawang. Dirinya juga telah berganti nama menjadi Ipuy. Ipuy yang awalnya menolak kehadiran Cahaya di hadapannya pun akhirnya memutuskan untuk bercengkrama dengan sang buah hati yang terlihat sedang dihadapi sebuah masalah—untuk semalam saja.

Lovely Man sendiri merupakan suguhan yang berbeda tentang film bertema daddy issue, khususnya di Indonesia. Pendekatan cerita tentang hubungan darah yang menggabungkan kultur, identitas, dan hal yang konon tabu melebur dalam Lovely Man, menjadikannya sebuah film keluarga yang tak biasa dan wajib untuk ditonton.

Itu dia beberapa film yang berkisar soal keluarga. Selamat menyaksikan!

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/alm)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS