Interest | Art & Culture

Institute Tingang Borneo Angkat Kearifan Lokal Dayak dalam Pertunjukan "Himba"

Senin, 06 Mar 2023 17:00 WIB
Institute Tingang Borneo Angkat Kearifan Lokal Dayak dalam Pertunjukan
Pertunjukan
Jakarta -

Memasuki minggu ketiga diselenggarakannya Helateater 2023, kali ini giliran Institute Tingang Borneo dari Palangka Raya yang menampilkan teater boneka berjudul Himba di Teater Salihara pada hari Sabtu (4/3) dan Minggu (5/3). Melalui permainan boneka yang kolaboratif, Himba bercerita tentang relasi manusia dengan alam.

Himba mengisahkan seorang kakek penjaga hutan dan cucunya yang gemar menjelajahi hutan. Pementasan ini mengajak penonton untuk melihat hutan sebagai sesuatu yang memiliki nyawa dan sudah seharusnya dijaga. Boneka menjadi medium utama dalam pementasan ini, sejalan dengan tema "Teater Objek" yang diangkat oleh Helateater 2023. Selain boneka, pementasan ini juga mengkolaborasikan permainan bayangan, topeng khas suku Dayak, dan pantomim. Meski tak ada dialog, tapi pesan dari pementasan ini tersampaikan dengan sangat baik.

.Pertunjukkan Himba/ Foto: Anastasya Lavenia - CXO Media

Pertama Kali Bermain dengan Boneka

Helateater 2023 menjadi kesempatan bagi Institute Tingang Borneo untuk mengeksplorasi permainan boneka. Kelompok teater yang berdiri tahun 2013 di Palangka Raya ini sebelumnya lebih sering mementaskan pertunjukan dengan metode konvensional. Namun dalam Himba, para aktor akhirnya belajar untuk menyelaraskan diri dengan objek-objek yang ada di panggung. Cerita yang diangkat dalam Himba sendiri sebetulnya pernah beberapa kali dipentaskan, hanya saja formatnya lebih abstrak dan tidak menggunakan boneka.

Ditemui saat  media preview, Abdul Khafizd yang mengambil peran sebagai sutradara bercerita kepada kami soal proses kreatif dan tantangan yang dihadapi ketika mempersiapkan pementasan ini. Butuh waktu kira-kira 3 bulan, tepatnya sejak Desember 2022, hingga akhirnya Himba siap untuk dipentaskan.

"Banyak sekali tantangannya, apalagi ini juga aku perdana nge-direct. Kita mengajak beberapa teman yang dulunya main teater biasa dan sekarang harus pegang boneka. Kalau pegang boneka kan gak sendiri, kalau sendiri kan gak perlu menyepakati ya, sendiri aja gerak mau ke mana. Nah, kalau ini harus sinkron. Mungkin ini belum menjadi karya yang sempurna ya, mungkin masih banyak juga ruang untuk kita bertumbuh ke depannya," ucap Abdul kepada CXO Media.

.Pukung Pahewan/ Foto: Anastasya Lavenia - CXO Media

Pukung Pahewan, Cara Masyarakat Menjaga Hutan

Himba terinspirasi dari kearifan lokal Dayak yang disebut dengan 'Pukung Pahewan', yaitu ketika hutan dikeramatkan sehingga alamnya tetap terjaga. Di Kalimantan, biasanya pohon yang dianggap keramat akan digantungkan selendang kuning, sehingga tidak akan ditebang. Ketika seluruh hutan dikeramatkan oleh masyarakat desa, makan hutan itu akan tetap terjaga. Sedangkan ketika hutan ditebang sembarangan, maka roh atau jiwa yang menjaga hutan tersebut akan muncul.

Abdul juga bercerita kepada kami mengenai inspirasi di balik pertunjukan ini. Ia bertemu dengan konsep Pukung Pahewan ketika pergi ke beberapa desa untuk sebuah projek teater. Di salah satu desa, tepatnya Desa Pilang, ia bertemu dengan warga yang menyelamatkan hutan dengan cara mengeramatkannya.

"Di Desa Pilang, saya bertemu dengan Bue Iber, Bue itu bahasa dayak artinya kakek, Iber Jamal namanya. Beliau yang memperkenalkan konsep itu, dan saya diajak jalan ke hutan. Di hutan itu saya bertemu pohon yang besar sekali. Bue Iber, dan satu desa itu, berhasil dalam mempertahankan pohon itu agar tidak ditebang dengan konsep Pukung Pahewan tadi," tutur Abdul kepada CXO Media.

Namun tak semua masyarakat desa yang ia temui masih mempraktekkan konsep Pukung Pahewan. Meski masyarakat setempat masih mempercayai hal tersebut, tapi arus modernisasi membuat kearifan lokal ini perlahan pudar menjadi mitos. Abdul pun mengatakan bahwa cita-cita Institute Tingang Borneo adalah untuk mementaskan pertunjukan ini di desa-desa di Kalimantan Tengah, agar semakin banyak anak muda yang tergerak untuk melestarikan hutan melalui konsep Pukung Pahewan.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS