Interest | Art & Culture

Berbagi Cerita Masa Depan Perfilman Indonesia di IdeaFest 2022

Senin, 28 Nov 2022 18:05 WIB
Berbagi Cerita Masa Depan Perfilman Indonesia di IdeaFest 2022
Foto: Netflix
Jakarta -

Sebagai bagian dari runtutan acara IdeaFest 2022, Netflix menyuguhkan sesi diskusi yang menghadirkan sederet filmmaker asal Indonesia untuk membahas mengenai masa kini dan masa depan perfilman Indonesia. Dipandu oleh aktris dan jurnalis Marissa Anita, sesi diskusi "Netflix On the Scene: The Present and Future of Film in Indonesia" mengundang sutradara ternama Joko Anwar dan Kamila Andini bersama dengan produser Wicky V. Olindo dan Rusli Eddy selaku Content Lead Netflix untuk bertukar pikiran di Jakarta Convention Centre, Jumat (25/11) lalu.

Pandemi COVID-19 secara tidak langsung menciptakan kebiasaan orang untuk lebih banyak mengonsumsi film. Berkaca pada dua tahun ke belakang, konten-konten lokal semakin hangat disambut oleh para penikmat film di Indonesia dan juga dunia, dengan angka hingga jutaan penonton yang berhasil diraih di tengah pandemi. Hal ini mendorong optimisme tersendiri bagi para filmmaker dalam menyambut tahun 2023.

Sebagai platform streaming terdepan pilihan masyarakat Indonesia dan global, Netflix tentu telah perlahan menghadirkan sederet titel karya sineas asal Indonesia, termasuk beberapa film garapan Joko Anwar dan Kamila Andini. Terkait hal ini, Joko Anwar memberikan pendapatnya mengenai metode yang dilakukan dalam membuat sebuah cerita yang bisa tidak hanya diterima oleh pasar lokal, tapi juga dapat dimengerti oleh pasar global. Menurutnya, film yang dapat dinikmati oleh semua orang terlepas di mana film itu dibuat adalah film dengan tema universal yang diceritakan dengan point of view yang spesifik.

"Kehadiran streaming platform memberikan harapan bagi filmmaker untuk bisa membuat film dengan tema-tema yang dipandang tidak terlalu safe untuk bioskop, sehingga memungkinkan kami untuk mengeksplorasi berbagai cerita dan genre, seperti science fiction," jelas Joko yang sedang dalam proses produksi serial antologi sci-fi, Nightmares and Daydreams.

"Karena adanya streaming platform, semua orang bisa melihat banyak film dari semua negara. Maka dari itu, kita tidak bisa lagi berkata, 'Untuk film Indonesia, hitungannya ini oke, sih,' Karena kita berada di satu platform, semua sejajar. Mau nggak mau, craftsmanship, technicality, dan estetika film Indonesia juga harus on par with everybody else," lanjut Joko.

Sementara, Kamila Andini menambahkan faktor tren yang sedang berjalan di perfilman global. "Sinema itu bergerak. Penting bagi filmmaker untuk tahu pergerakan sinema setiap tahun, sehingga saat kita membuat sebuah film, kita sudah tahu eksplorasi apa yang cukup kontekstual dengan pergerakan ini," ucapnya. "Di satu sisi, faktor kontekstual juga cukup penting bagi saya—misalnya film saya Nana, walaupun set-nya di tahun 60-an dan konflik ceritanya itu terjadi di tahun tersebut, tapi penting sekali bagi saya untuk memperlihatkan bahwa ini adalah perspektif anak zaman sekarang; kita merefleksikan masa lalu itu dari masa kini. Itu yang juga saya coba lakukan di Gadis Kretek," jelas Kamila Andini yang baru-baru ini rampung menyelesaikan produksi untuk serial Gadis Kretek.

Masa depan industri perfilman Indonesia terlihat potensial untuk melampaui lebih dari yang sekarang sudah dicapai. Dengan adanya streaming platform layaknya Netflix, otomatis demand untuk konten-konten lokal meningkat, yang berarti bahwa angka pekerja kreatif juga perlu meningkat. Maka dari itu, Rusli Eddy menjelaskan seperti apa proses yang harus dilalui para filmmaker, khususnya bagi mereka yang memiliki cita-cita untuk masuk ke dunia perfilman. "Gen Z merupakan generasi yang super kreatif. Butuh keberanian dari streaming platform layaknya Netflix atau stakeholder di dunia perfilman untuk melibatkan talenta-talenta baru. Sekarang, sudah banyak sekali nama-nama baru yang sebelumnya tidak terdengar. Dengan banyaknya peluang, banyaknya konten yang sedang diproduksi era sekarang, mereka yang memiliki aspirasi untuk menjadi seorang filmmaker harus berani belajar dan mulai dari bawah," tutur Rusli.

Ke depannya, mari nantikan perkembangan industri perfilman Indonesia dengan judul-judul yang tayang di layar lebar maupun serial yang tayang secara eksklusif di streaming platform!

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/alm)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS