Interest | Art & Culture

Seni sebagai Terapi, Apa Bisa?

Selasa, 22 Feb 2022 11:06 WIB
Seni sebagai Terapi, Apa Bisa?
Ilustrasi seni sebagai healing Foto: Thirdman/Pexels
Jakarta -

Melakoni hidup di masa pandemi yang serba terbatas, mengharuskan manusia memutar otak untuk terus bertahan. Di tengah tuntutan untuk terus produktif dan berpenghasilan, kebutuhan menjaga kesehatan jiwa dan raga juga menjadi prioritas utama. Hal ini lantas meningkatkan kesadaran masyarakat, akan pentingnya healing atau self-healing pada kesehariannya.

Di media sosial, netizen kerap mendefinisikan healing sebagai kegiatan travelling ke tempat-tempat indah dan menyenangkan. Namun, di bawah ancaman pandemi, healing dengan berplesiran justru riskan untuk dilakukan. Oleh karena itu, di antara kebutuhan hidup bahagia pada masa-masa yang terisolasi seperti sekarang, masyarakat mulai menekuni sejumlah hobi.

Demi memastikan kesehatan tubuh dan kebahagiaan dalam jiwa, healing diakali masyarakat melalui banyak cara. Selain terus bekerja, sebagian orang mulai rajin berolahraga. Sebagian lain bahkan mencoba memberi perhatian lebih kepada binatang peliharaan, tumbuhan, hingga kendaraan mereka di rumah. Sementara itu, tidak sedikit pula orang yang kembali menggiati kesenian, seperti bermusik, menulis, hingga melukis.

.Ilustrasi seni lukis/ Foto: Daian Gan/Pexels

Kegiatan-kegiatan tersebut, memang menjadi lebih mungkin dilakukan di masa pandemi. Masyarakat saat ini lebih memiliki waktu luang di rumah, yang meskipun sedikit membosankan, ternyata turut memberi peluang tersalurnya minat dan hobi yang tertahan sebelumnya. Tidak terkecuali, menghasilkan suatu karya seni.

Seni, yang pada permukaan hanya dipandang sebatas media hiburan estetis semata, pada level substansinya mampu berperan sebagai wahana pengekspresian emosi dan perasaan manusia. Oleh karena itu, seni juga dimanfaatkan sebagai suatu terapi (art therapy), yang mana sanggup mengatasi berbagai permasalahan psikologis sekaligus meningkatkan kesehatan mental manusia melalui metodenya yang artistik.

Fenomena self-healing, yang sebelumnya terlanjur melekat dengan kegiatan bepergian, pada titik ini tampaknya mampu ditandingi oleh art therapy. Selain lebih mudah untuk dilakukan, hal ini juga terkesan simple dan menyenangkan. Kegiatan ini bisa dilakukan sendiri, berpasangan, hingga berkelompok. Secara lebih serius, art therapy bahkan dapat dilangsungkan dalam pengawasan art therapist atau psikolog dengan lisensi khusus.

Menurut Psychology Today, art therapy mampu membantu manusia meredakan stres, menurunkan gejala anxiety, hingga meningkatkan kepercayaan diri. Caranya pun terbilang mudah, seseorang bisa memulainya dengan membuat suatu karya di rumah sebagai wujud ungkapan permasalahan dan perasaan. Atau bisa juga dengan mengikuti art therapy workshop, hingga mengikuti sesi art therapy di bawah pengawasan para ahli.

.Ilustrasi workshop seni/ Foto: Vanessa Loring/Pexels

Melalui metode seni, permasalahan psikologis yang dialami seseorang dapat dikurangi secara perlahan-lahan. Kelebihannya adalah tidak sikap menghakimi, karena terapi ini memang berlangsung pada saat pembuatannya, yang mana mengalirkan sejumlah kebuntuan dalam jiwa ke muara yang lebih ekspresif dan indah. Metode ini juga mencoba mempraktikkan kebebasan berekspresi, yang umumnya dimiliki oleh para seniman.

Dalam art therapy, karya memang hadir sebagai manifestasi pikiran dan emosi terdalam manusia. Segala perasaan yang sebelumnya sulit tercurah melalui percakapan, secara natural dapat tersalur melalui karya yang indah. Artinya, setiap goresan, warna-warni, atau bahkan urekan-urekan yang estetis, dapat mengartikan sesuatu. Dari sudut pandang art therapist, apa yang tertuang dalam karya merupakan wujud komunikasi yang lebih jujur dan apa adanya. Hal ini juga disinyalir mampu membantu manusia memahami diri mereka-secara mandiri atau dengan bantuan para art therapist.

Selain menjadi wahana pengekspresian rasa, art therapy juga disebut efektif dalam mengatasi permasalahan mental. Hal ini, lagi-lagi disebabkan oleh kemampuan suatu karya, yang sanggup menggantikan pesan verbal. Ketidakmampuan verbal mengungkap hal-hal sensitif yang bersifat traumatis, membuat suatu karya seni lebih kompeten dalam mengatasi persoalan ini.

.Ilustrasi seni/ Foto: Cottonbro/Pexels

Pandemi yang membutuhkan healing dapat diakali dengan berkesenian. Hal ini memang lebih mudah dilakukan daripada harus bepergian ke suatu tempat indah yang jauh. Melalui seni, ungkapan terdalam bisa tersampaikan, dan dengan bantuan para ahli, persoalan dalam pikiran menjadi lebih mungkin untuk teruraikan.

Di Indonesia, art therapy sudah mulai banyak ditemukan. Beberapa akun media sosial Instagram seperti @arttherapyjakarta bahkan memfasilitasi masyarakat untuk mengikuti pelatihan dan diskusi lebih lanjut mengenai art therapy. Selain menciptakan sesuatu yang indah dan memuaskan, kamu juga bisa healing dengan efektif dan menyenangkan. Melihat banyaknya manfaat dari art therapy, apakah kamu tertarik untuk mencobanya?

[Gambas:Audio CXO]

(RIA/HAL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS