Interest | Wellness

Why Are We Afraid to Grow Up and Be Adults?

Senin, 07 Feb 2022 16:00 WIB
Why Are We Afraid to Grow Up and Be Adults?
Foto: Tim Gouw/Pexels
Jakarta -

Kita tidak bisa memungkiri bahwa masa remaja merupakan masa-masa yang sangat indah dan menyenangkan. Mulai dari sedikitnya tanggung jawab yang harus dipikul hingga kisah-kisah percintaan di masa sekolah yang cukup indah untuk dikenang. Sayangnya, masa-masa seperti hanya dapat kita nikmati sekali dalam hidup dan mau tidak mau kita semua harus menjalani realita dimana kita akan bertumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa. Meskipun demikian, tidak jarang di antara kita para Gen Z yang menganggap bahwa menjadi dewasa adalah hal yang cukup menyeramkan. Namun, mengapa kita merasa demikian-takut untuk bertumbuh dewasa?

Pada dasarnya, ketika kita masih kecil keinginan untuk menjadi orang dewasa lumayan besar. Hal ini dikarenakan kita selalu melihat orang-orang dewasa di sekeliling kita yang dapat melakukan hal-hal yang tidak mampu kita lakukan, sebagai contoh kecilnya kita dulu pasti memiliki keinginan untuk dapat menyetir kendaraan sendiri layaknya orang dewasa di sekitar kita hingga mengenakan sepatu hak tinggi seperti ibu atau saudara perempuan kita dan hal-hal lainnya. Saat itu, tentu menjadi orang dewasa merupakan hal yang memuaskan karena kita dapat melakukan hal-hal tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu hingga kita menginjak umur remaja ketakutan untuk menjadi dewasa sedikit demi sedikit muncul.

Riset yang dilakukan oleh April Smith, seorang Psychologist dari Miami University membuktikan bahwa mahasiswa kini menghadapi ketakutan tertakut menghadapi tuntutan kehidupan dewasa. Faktor-faktor utama mengapa banyak mahasiswa atau anak remaja kini memiliki ketakutan akan bertumbuh dewasa antara lainnya adalah tekanan untuk membangun perekonomian sendiri, tekanan sosial untuk selalu awet muda serta ketakutan internal akan tanggung jawab yang meningkat. Jadi, dapat dikatakan bahwa ketakutan untuk bertumbuh dewasa ini didasari oleh faktor eksternal dan internal.

Tidak hanya itu saja, ketidakpastian akan masa depan juga merupakan salah satu faktor lain yang dapat meningkatkan kecemasan para remaja, seperti jalur karir apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, ditambah lagi dengan faktanya bahwa kini untuk mendapatkan pekerjaan saja sudah cukup sulit, apalagi memiliki pekerjaan dengan bayaran yang tinggi. Sebagai tambahan lainnya, ketakutan ini juga bisa berasal dari orang tua yang kini semakin mengontrol dan melindungi anak-anaknya apabila dibandingkan dengan masa lalu. 

Perubahan gaya mengasuh anak ini juga bisa membuat anak-anak menjadi semakin tidak siap dalam mengambil risiko yang dibutuhkan untuk masa transisinya dari masa remaja ke dewasa, sehingga anak pun menjadi takut untuk melakukan semuanya sendiri tanpa panduan atau tuntunan dari orang tua. Karena hal inilah, konsep menjadi dewasa masih cukup sulit untuk ditelan oleh kalangan remaja. Jangankan remaja yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah, bagi para Gen Z yang sudah mulai memasuki jenjang karir saja, masih merasa terbebani akan transisi kehidupan yang sedang dijalankan sekarang.

Menjadi dewasa memang bukanlah hal yang mudah, namun realita memaksa kita untuk mempersiapkan diri menyambut masa tersebut. Pemikiran mengenai bertumbuh menjadi orang dewasa adalah hal yang menyeramkan harus diubah dengan adanya edukasi yang cukup mengenai hal tersebut. Meskipun sulit, menjadi dewasa adalah suatu keharusan yang mau tidak mau tetap akan dihadapi demi membangun generasi selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Jika bukan kita yang bisa memberikan edukasi mengenai pendewasaan sejak dini, siapa lagi?

[Gambas:Audio CXO]

(DIP/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS