Dalam hubungan cinta, selalu ada timbal balik kasih sayang yang dilakukan pasangan. Namun terkadang apa yang kita dapat dari pasangan justru sebaliknya. Dia tampak selalu sulit dihubungi, ditanya apa pun dijawab sekenanya, dan cenderung tak peduli apa yang terjadi pada kita.
Kalau kamu memiliki pasangan dengan sikap seperti ini, kemungkinan dia adalah seorang Avoidant Attachment atau orang yang terbiasa dengan sikap menghindar. Sikap ini cenderung lebih menghindari hal-hal romantis dalam hubungan. Seperti slow response ketika chat atau jaga jarak berlebih.
Ilustrasi orang yang bersifat Avoidant Attachment/ Foto: Keira Burton/Pexels |
Ciri-ciri Orang Avoidant Attachment dan Penyebabnya
Seperti contoh sebelumnya, tipikal orang yang suka menghindar adalah cenderung tidak peduli dengan pasangannya. Nah berikut ciri-ciri lainnya dari Avoidant Attachment:
- Sulit membuka diri secara emosional
Pasanganmu akan sulit menceritakan dirinya sendiri. Bahkan cenderung menghindar dari topik tentang dirinya. - Over-Independent
Mandiri yang berlebihan atau over-independent menjadi salah satu ciri pasanganmu avoidant attachment. Dia terlihat tidak ingin dibantu siapapun termasuk kamu. Dengan mudahnya dia bisa menolak bantuan darimu. - Menghindari percakapan serius
Kalau percakapan sudah mulai tentang diri sendiri, trauma masa lalu, dan masa depan, seorang avoidant attachment akan menghindar. Karena percakapan tersebut termasuk hal yang serius karena merasa tidak nyaman. - Takut dekat, namun takut kehilangan
Kamu merasa ditarik-ulur oleh dia? bisa jadi ini juga ciri-ciri avoidant attachment. Kamu bisa tiba-tiba merasa senang karena dia perhatian, tapi tiba-tiba bisa menjadi dingin dan cuek seketika. Ini karena dalam pikirannya dia takut kehilangan namun juga takut terlalu dekat. - Tidak nyaman saat pasangan membutuhkan
Jangan harap dia akan memperlakukanmu layaknya pasangan impian jika kamu berhadapan dengan avoidant attachment. Jika kamu membutuhkan bantuan, dia terlihat tidak nyaman dengan hal itu. - Sering silent treatment
Jika kalian ada konflik atau cekcok, dia cenderung diam atau tidak menyelesaikan masalah tersebut sampai tuntas. Hal ini disebut silent treatment. Hal ini bikin masalah akan terlihat semakin membesar dan membuat pasangannya makin risau.
Kebanyakan orang yang memiliki sikap Avoidant Attachment berasal dari luka trauma masa lalu yang tak sembuh. Misalnya dari pola asuh keluarga yang dingin, yakni ketika keluarga yang tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang hangat seperti memeluk atau memuji ketika berhasil membentuk kepribadian yang tertutup. Ini juga yang membuat seorang avoidant attachment takut jika ada orang yang memberikan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan di keluarganya.
Lalu, mereka kerap dituntut untuk menjadi mandiri. Sehingga ketika ingin meminta bantuan, mereka enggan karena takut dicemooh oleh lingkungannya. Juga, mereka pun takut akan penolakan dan kegagalan. Tumbuh dari budaya penolakan dan gagal mengungkapkan perasaan dengan benar menjadi awal terbentuknya sikap ini.
Ilustrasi menghadapi para avoidant attachment/ Foto: Alex Green/Pexels |
Menghadapi Para Avoidant Attachment
Jika kamu sudah mengetahui sifat dan penyebab seseorang memiliki sifat avoidant attachment. Maka kamu juga harus tahu cara menghadapinya. Ini dia cara menghadapi avoidant attachment.
- Beri ruang dan waktu, jangan ditekan
Orang dengan avoidant attachment butuh rasa aman dalam bentuk ruang pribadi. Semakin kamu mendesak untuk dekat bertanya terus, menuntut jawaban cepat, atau memaksa pembicaraan emosional semakin mereka cenderung menarik diri dan menutup hati. - Bangun rasa aman dan percaya
Avoidant bukan tidak mau dekat, mereka takut terluka atau kehilangan kontrol. Jadi sebelum mereka bisa membuka diri, mereka perlu tahu bahwa kamu tidak akan menyakiti atau menghakimi mereka saat mereka rentan. - Berkomunikasi dengan tenang tanpa menghakimi
Avoidant attachment membuat seseorang sensitif terhadap kritik atau tuntutan. Mereka bisa dengan mudah merasa diserang, walaupun kamu hanya ingin bicara. Gunakan nada netral dan bahasa yang fokus pada perasaan sendiri. - Validasi perasaan dan emosinya
Orang avoidant cenderung meremehkan atau mengabaikan emosinya sendiri, apalagi mengekspresikannya. Kalau kamu ingin mereka mulai terbuka, bantu mereka merasa bahwa emosi itu boleh ada dan boleh dirasakan. - Sadar bukan tugas kamu menyembuhkan mereka
Kamu bisa mencintai, mendukung, dan menemani. Tapi kamu tidak bisa menyelamatkan mereka dari pola pikir atau luka batin mereka sendiri. Tugas itu hanya bisa dilakukan oleh mereka sendiri, itupun kalau mereka mau.
Avoidant attachment bukan berarti seseorang tidak mampu mencintai-mereka mencintai, hanya saja dengan cara yang diam-diam, hati-hati, dan sering kali membuatmu merasa sendirian. Di balik sikap cuek dan jarak yang mereka ciptakan, ada luka lama yang belum selesai, ada rasa takut yang belum dikenali.
Mereka butuh waktu, ruang, dan rasa aman untuk belajar percaya bahwa kedekatan itu bukan ancaman. Tapi penting juga diingat: kamu bukan penyelamat mereka. Kamu bisa mencintai, mendukung, dan menemani, tapi kamu juga berhak bahagia, didengar, dan dipeluk balik.
Jika kamu (atau pasanganmu) punya gaya keterikatan ini, ingatlah bahwa attachment bukan vonis. Ia bisa berubah, ia bisa tumbuh. Cinta yang sehat tidak selalu tentang siapa yang paling kuat bertahan, tapi tentang siapa yang berani sadar, berubah, dan saling menguatkan.
Penulis: Monika Wibisono Putri
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
Ilustrasi orang yang bersifat Avoidant Attachment/ Foto: Keira Burton/Pexels
Ilustrasi menghadapi para avoidant attachment/ Foto: Alex Green/Pexels