AC yang sejuk menyambut Ratna begitu ia melangkah masuk ke supermarket. Setelah meeting seharian penuh, Ratna tak sabar pulang dan memasak ikan goreng untuk makan malam. Pas sekali, di rak hanya tersisa satu styrofoam berisi dua potongan ikan tenggiri. Namun tangan Ratna yang terjulur mengambil ikan terhenti, ketika ada orang lain di sebelahnya melakukan hal yang sama.
Mata Ratna membesar setelah menyadari siapa yang ada di sebelahnya. Awalnya ia tak mengenali laki-laki itu dengan potongan rambut pendek. Namun mata dan bentuk wajahnya masih sama seperti 18 tahun lalu. "Eh, Ratna, ya?" sapa laki-laki itu sambil tersenyum. Namanya Dimas, namun Ratna mengingatnya sebagai murid jenaka yang dulu duduk di depannya ketika masih SMA.
Setelah bertukar sapa dan berbasa-basi, entah karena dorongan apa, Ratna spontan mengajak Dimas menyantap ikan itu bersama-sama di apartemennya. Mungkin ia sedang bosan dengan kehidupannya yang monoton, dan bernostalgia bersama seorang teman terasa seperti ide yang bagus. Tak disangka, Dimas menerima ajakan itu.
Sampai larut malam, mereka berbincang tentang masa lalu dan masa sekarang; tentang pengalaman konyol semasa SMA, tentang Dimas yang kini membuka bisnis restoran, dan tentang Ratna yang bercerai 1 tahun lalu. Obrolan mereka mengalir begitu saja meski dulu keduanya hampir tak pernah berinteraksi di sekolah.
Setelah Dimas pulang, Ratna menyadari sesuatu: ia berharap bisa bertemu dengannya lagi. Tiba-tiba ponselnya bergetar, tanda ada pesan yang masuk. "Makasih ya makan malamnya. Minggu depan kalau gak sibuk, mau ngopi gak?" bunyinya. Ratna langsung tahu siapa pengirimnya, dan tanpa disadari bibirnya tersenyum kecil.
(ANL/tim)