Inspire | Love & Relationship

Pasangan Tak mau Kita Berkembang: Romantis atau Insecure?

Kamis, 16 Feb 2023 18:00 WIB
Pasangan Tak mau Kita Berkembang: Romantis atau Insecure?
Foto: Unsplash
Jakarta -

Siapa sih yang tak senang bila pasangan ingin mengenal lebih dalam dan memiliki tujuan jangka panjang dalam hubungan yang sedang dijalani? Ya, siapapun pasti menginginkan pasangan yang perhatian nan romantis. Apalagi akhir-akhir ini banyak orang yang mengalami hubungan percintaan yang kurang beruntung, mulai dari diabaikan sampai diselingkuhi.

Rasanya menyenangkan bila si dia bisa memahamimu lebih dari siapapun. Seperti mengetahui jadwal setiap hari, hal-hal apa yang disukai atau tidak, sampai memahami bagaimana sifat dan karaktermu. Namun sayangnya pengertian dan perhatian ini terkadang dapat membangun otoritas semu bagi beberapa orang, sehingga merasa memiliki hak untuk mengatur sampai membatasi ruang gerak atas nama cinta.

Jika kamu sudah mendengar kata-kata dari pasangan seperti, "Ngapain sih ke luar negeri segala buat sekolah, di Indonesia juga masih banyak kampus yang mau nerima kamu", "Pulang malem itu enggak baik lho buat perempuan, kamu kan selalu tidur jam 10 malem" atau "Kalau udah nikah, lebih baik kamu enggak usah kerja lagilah, apa sih yang kamu cari?", hati-hati bisa jadi pasanganmu sendiri tidak ingin kamu berkembang sebagai individu setelah bersama mereka.

.Ilustrasi pasangan berkembang/ Foto: Ketut Subiyanto/Pexels

Manusia Berkembang Selama Hidup

Selama hidup, sifat dan karaktermu bisa berubah-ubah, namun tidak sesederhana itu. Sebab ciri-ciri kepribadian inti cenderung bertahan lebih lama, stabil, dan gigih. Kepribadian adalah pola karakteristik perilaku, pikiran, dan emosi kamu. Misalnya pribadi yang tekun, murah hati, dan jujur adalah ciri-ciri kepribadian.

"Orang berkembang dan berubah seiring waktu. Minat dan pendekatan seseorang terhadap dunia akan berubah. Pengalaman hidup akan mengubah siapa dirimu dan bagaimana dirimu menginternalisasi dan menafsirkan dunia di sekitarmu," kata konselor klinis profesional di Michigan, Misty Smith seperti dikutip dari Psych Central.

Adapun hal-hal yang bisa mengubah seseorang menurut Ileana Arganda-Stevens adalah motivasi, tekad, konsistensi, kesadaran diri, dukungan, dan mencintai diri sendiri atau self-compassion.

"Ketika kamu mulai menunjukkan diri dan lebih menyayangi diri sendiri daripada orang lain, kekakuan akan mulai mengendur dan kamu akan lebih fleksibel dan terbuka untuk mencoba hal-hal baru yang membuat perubahan berarti dalam hidup," paparnya.

Beberapa orang berubah untuk mengembangkan dirinya, sementara yang lain memiliki tujuan lain, salah satunya mempertahankan hubungan. Sebab perubahan sikap, sifat, dan karakter sebenarnya bisa menjadi angin segar untuk hubungan yang kerap monoton dari waktu ke waktu. Tapi mengapa masih ada pasangan yang tidak ingin kekasihnya berubah menjadi lebih baik?

.Ilustrasi pria yang insecure/ Foto: Freepik

Insecure Berbalut Romantisme

Sebenarnya tidak ada salahnya memiliki pasangan yang menjagamu dan memahami dirimu. Tapi sepertinya kamu harus berpikir jernih, kalau memang pasangan menyayangimu, tentu saja dia harus menerima dirimu berubah dan berkembang sebagai seorang individu. Apalagi pada hakikatnya manusia yang terus belajar selama hidup akan terus berkembang menjadi pribadi lebih baik lagi.

Orang yang telah merasakan otoritas semu, kebanyakan akan memaksakan keinginannya untuk membentuk karaktermu sebagai sosok ideal yang dikenalnya selama ini. Tak heran ketika ada yang berubah sedikit saja dari dirimu, ia akan menentangnya dengan keras. Dia pun mungkin akan beralasan kamu tidak perlu berubah karena dia mencintaimu apa adanya. Sungguh narasi yang romantis, bukan?

Ada batas antara romantisme yang ditunjukkan atas dasar perasaan atau memang pasangan sekadar insecure saja dengan perubahan yang terjadi. Sebab perubahan juga sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif karena akan membuat salah satu pihak merasa tertinggal, misalnya perkembangan karier. Situasi ini banyak terjadi pada pria yang umumnya memiliki insecurity disebabkan oleh maskulinitas yang rapuh.

Maskulinitas rapuh ini merupakan krisis identitas. Misalnya pria kerap dianggap sebagai pemimpin dan pemegang keputusan tertinggi di lingkup keluarga, dan jika mereka tidak mampu memenuhi kualifikasi sosok tersebut, mereka merasa bukan pria. Lama-kelamaan, mereka akan menganggap diri mereka gagal dan takut perempuan akan meninggalkannya.

Tak hanya itu, pasangan yang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik akan dipandang oleh mereka sebagai sebuah ancaman. Bagi mereka yang tak terima dengan fakta tersebut, mereka pun akan berusaha 'mengurung' pasangan untuk tetap berada di jangkauannya. Meskipun mereka tahu bahwa sebagai seorang pria merasa 'kurang' tapi mereka tidak berusaha untuk mengubah situasi, sebab yang ideal adalah tetap berada di tempat.

Jika sudah begini, hubungan tak lagi sehat. Sebab relasi yang sehat adalah ketika satu sama lain berkembang dalam hubungan yang sedang dijalani. Narasi mencintai apa adanya bukanlah membuat pasanganmu atau dirimu terkungkung dan tak berkembang. Melainkan cinta yang menerima dan mendukung apapun yang terbaik bagi pasangannya untuk hubungan asmara lebih baik di masa depan.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS