Inspire | Human Stories

Perfect Moment Syndrome: Ada Kekecewaan Luar Biasa Saat Semua Tak Sesuai Rencana

Sabtu, 04 May 2024 14:30 WIB
Perfect Moment Syndrome: Ada Kekecewaan Luar Biasa Saat Semua Tak Sesuai Rencana
Perfect Moment Syndrome: Ada Kekecewaan Luar Biasa Saat Semua Tak Sesuai Rencana/Foto: Unsplash
Jakarta -

Hampir semua orang menginginkan sesuatu berjalan seperti yang diharapkan, mungkin tak terkecuali kamu. Memang dunia tidak selalu sempurna seperti ekspektasi yang kamu letakkan di sana, tapi kenapa ada kekecewaan yang luar biasa datang, ya? Jika kamu merasakannya, mungkin kamu mengalami perfect moment syndrome atau sindrom momen sempurna.

Ketika Kamu Mengalami Perfect Moment Syndrome

Sindrom ini pertama kali dikenal lewat buku yang ditulis oleh Sarah Wilson, First, We Make the Beast Beautiful yang kemudian viral di TikTok. Pakar kesehatan mental Sarafina Arthur-Williams, MA, menunjukkan tingginya harapan yang disematkan banyak orang pada sesuatu—misalnya liburan romantis—akan menimbulkan kekecewaan yang dramatis.

"[Padahal] Kamu sudah membayangkan cuaca yang sempurna, momen intim, dan tidak ada gangguan. Tetapi kemudian hujan turun, kamu kehilangan arah, dan kamar hotel tidak seperti yang kamu harapkan. Alih-alih menerimanya dan fokus pada hal baik lainnya, ekspektasi tinggi kamu justru membawamu pada rasa kecewa yang luar biasa," ujarnya dikutip Bustle.

Psikolog klinis berlisensi, Kamran Eshtehardi, Ph.D, mengatakan alasan mengapa sindrom momen sempurna ini terus-menerus menyebabkan rasa sakit dan kesulitan adalah karena tidak mungkin semuanya berjalan sempurna sepanjang waktu.

"Faktanya, orang-orang yang mengalami hal ini kerap mencari-cari masalah atau kekurangan lainnya karena mereka punya riwayat perasaan bahwa segala sesuatunya menjadi buruk dan mereka berharap hal tersebut tidak akan terus berlanjut," ungkap Esthehardi.

Pikiran negatif bisa menjadi self-fulfilling prophecy, yaitu hal yang terwujud karena kita terus memikirkannya. Nah, kalau kamu mengalami sindrom ini, ada beberapa cara untuk mengatasinya. Menurut Jennifer A. Gray, MS, seorang konselor profesional berlisensi. Pertama, mulailah dengan mempertimbangkan prioritas kamu sebelum hari H.

"Jika musiknya sudah bagus, makanannya enak, dan segala sesuatunya lebih banyak baiknya, ingatlah untuk menghindari terjebak pada apakah dekorasinya digantung dengan benar atau apakah kuenya datang tepat waktu atau tidak," jelasnya dengan menggunakan situasi hipotetikal.

Tanyakan juga pada dirimu apakah "keinginan" untuk memenuhi kelayakan dan ekspektasi di media sosial itu penting untuk dirimu. Apakah kesempurnaan tanpa cela akan membuat dirimu bahagia. Jika keinginan itu tidak sejalan dengan nilai-nilai kamu, coba hilangkan keinginan tersebut dari rencana. Setidaknya, itu akan meringankan beban emosional.

Perhatian penuh juga membantu. Saat kamu benar-benar terpaku pada suatu momen, kamu bisa menghargai apa yang sebenarnya terjadi alih-alih merasa sedih pada sesuatu hal yang belum terjadi. Cobalah untuk menghilangkan pikiran negatif terhadap diri sendiri dan pikiran "hitam putih"—pikiran yang berlandas hanya benar dan salah.

Berharap sesuatu berjalan sesuai dengan rencana memang tidak salah dan itu hakmu untuk mendapat kesenangan dari hal tersebut. Tetapi kalau sudah membuatmu sakit hati yang berkepanjangan, sampai menimbulkan trauma yang tidak masuk akal, rasa-rasanya kamu harus mulai belajar untuk memahami bahwa dunia tidak akan pernah sempurna.

Intinya, tidak ada yang ideal di dunia ini. Semua ada kekurangan yang lebih baik kamu terima dengan dengan berbesar hati. Bukan untuk orang lain, tapi demi dirimu sendiri.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS