Inspire | Human Stories

Busting Myths: Bertambah Umur, Kita Tak Mampu Belajar Hal Baru

Kamis, 11 May 2023 21:53 WIB
Busting Myths: Bertambah Umur, Kita Tak Mampu Belajar Hal Baru
Foto: Unsplash
Jakarta -

Menjelang usia akhir 20 tahun, saya sering mendapat tawaran untuk melanjutkan studi S2. Namun entah mengapa, di dalam diri ini, saya merasa sudah tidak mampu untuk melakukan kegiatan belajar di perkuliahan. Ada pemikiran bahwa otak saya sudah tak "segesit" dulu dan juga ada rasa takut yang menghantui kalau-kalau saya menerima kesempatan itu, lalu gagal, saya merasa sedih.

Jadi daripada mencoba kuliah lagi, lebih baik tidak memulainya sama sekali. Sebab, menjalani perkuliahan S2 butuh biaya yang tidak sedikit, waktu yang panjang, dan juga pikiran-pikiran yang lebih kompleks.

Perasaan ketakutan ini pun terus berkembang, hingga akhirnya saya berpikir bahwa semakin tua usia manusia, kemampuan otak pun akan semakin menurun. Lantas, mengapa kita berpikir seperti ini?

Ageisme pada Diri Sendiri

Tapi apa yang saya rasakan ini, ternyata juga dirasakan oleh orang lain di dunia ini, dan ini hal yang umum. Dilansir Science Daily, sebuah studi yang dipimpin oleh Profesor Julie Henry dari School of Psychology University of Queensland mencoba mencari penyebab mengapa self-directed ageism adalah hal yang umum.

"Orang yang lebih tua sering terkena ageism seperti asumsi negatif tentang nilai, kapasitas atau tingkat pemahaman mereka, juga lelucon tentang usia tua. Pada saat yang sama seiring bertambahnya usia, kita jadi lebih mengandalkan pengetahuan sebelumnya dan isyarat dari lingkungan untuk memandu bagaimana perasaan, pemikiran, dan perilaku kita," papar Profesor Henry.

Ageisme pada diri sendiri bisa hadir sebagai keraguan diri, layaknya yang saya rasakan. Hal ini bisa berbentuk pemikiran seperti "saya terlalu tua untuk mempelajari teknologi baru" atau "saya terlalu tua untuk mencari teman baru di usia ini", dan persepsi negatif lainnya.

Ageisme yang diarahkan pada diri sendiri ini ternyata juga bisa muncul sebagai kekhawatiran akan dinilai menurut stereotip berbasis usia, misalnya "Jika saya lupa melakukan sesuatu, mereka kira itu karena saya sudah tua".

Profesor Henry mengatakan saat ageisme diinternalisasi dan menjadi self-directed, semua terkait dengan umur yang pendek, kesehatan fisik dan mental yang memburuk, pemulihan yang lebih lambat dari kecacatan dan penurunan kognitif.

"Ini juga bisa berbahaya ketika orang dewasa yang lebih tua membiarkan pikiran negatif mereka tentang penuaan merusak kepercayaan diri untuk menghadapi pengalaman dan peluang baru atau menantang," kata Profesor Henry.

Intervensi seperti menciptakan lebih banyak peluang untuk interaksi sosial yang positif antara orang yang lebih muda dan lebih tua, diperlukan untuk mencegah berkembangnya pandangan negatif tentang penuaan.

"Jika ada lebih sedikit isyarat yang bersifat ageis yang menarik perhatian orang tua, maka risiko ageisme yang diarahkan ke diri sendiri seharusnya dapat dikurangi," ujar dia.

Belajar Tak Terbatas Usia

Kedewasaan biasanya bisa membawa kita kepada tingkat kewajiban yang lebih tinggi dan hal-hal yang harus dilakukan sehari-hari. Ada langkah-langkah tak terlihat yang terus diamini sehingga kalau kita keluar jalur, seakan itu adalah hal yang salah.

Misalnya setelah lulus SMA, harus kuliah, kemudian bekerja, berkeluarga, punya anak, dan mengurus keluarga sampai tua. Jika ada orang yang tidak melakukan langkah-langkah tersebut-misalnya akan sekolah lagi dan lain sebagainya-lingkungan sosial akan mempertanyakan dan itu akan membuat kita semakin khawatir.

Di titik tertentu, kita sebenarnya semakin sulit menyesuaikan diri dalam pembelajaran dan aktivitas yang membantu untuk tumbuh secara pribadi dan profesional. Pesan eksternal yang digaungkan adalah kita harus mencapai tonggak paling signifikan di usia 35 tahun.

Pada kenyataannya, kita tidak pernah terlalu tua untuk mempelajari hal-hal baru. Kamu masih bisa belajar hal baru di usia 30-an, 40-an, 60-an, bahkan sampai 90-an jika kamu masih sehat. Peluang untuk belajar tidak terbatas, dan setiap hari kita bisa membuka diri terhadap gagasan untuk mempelajari hal-hal baru.

Orang yang suka belajar adalah mereka yang mempunyai pikiran terbuka dan berkembang, yang ingin belajar dan merangkul yang belum diketahui. Belajar membuat orang tetap muda dan berapa pun usia kita, tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, lho.

Apalagi belajar itu punya banyak manfaat, dan satu-satunya orang yang tidak bisa melakukannya adalah mereka yang tidak mau mencoba keluar dari zona nyamannya. Orang dapat belajar pada usia berapa pun, dan keterampilan serta pengetahuan baru dapat memperkaya hidup seseorang serta memperkuat kesehatannya.

Meskipun otak kita mungkin menjadi lebih lambat seiring bertambahnya usia, kita juga menjadi lebih baik dalam mengendalikan impuls, mengurangi perubahan suasana hati, dan meningkatkan pengambilan keputusan. Penuaan di dalam diri nyata adanya, tetapi kemampuan belajar kita terbatas oleh usia hanya mitos saja.

[Gambas:Audio CXO]

(DIR/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS