Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 mendatang, 107 juta pemilih merupakan pemilih muda alias Gen Z dan Millenial. Tak mengherankan, tim sukses para kandidat caleg maupun pasangan calon presiden dan wakil presiden mencari cara bagaimana citra mereka bisa menarik perhatian kita.
Berbeda dengan pemilu tahun-tahun sebelumnya yang selalu dipenuhi dengan politik identitas, bahkan black campaign , suasana menjelang pemilu kali ini terlihat cukup kondusif. Hal ini dapat menyebabkan kandidat-kandidat pemimpin mencoba beberapa cara berbeda untuk menarik minat para pemilih muda ini.
Misalnya saja memasukkan unsur-unsur yang dekat dengan kita, seperti gambar pecinta binatang dan juga narasi-narasi lucu seperti gemoy effect . Meski unik, tapi sampai mana hal ini bisa merayu para pemilih muda untuk memberikan suaranya?
Berhubungan dengan Anak Muda
Berdasarkan pantauan CXO Media di beberapa titik di Jakarta, beberapa baliho dan billboard yang berisi kampanye calon-calon presiden mulai bertebaran. Namun tidak seperti Pemilu 2019 lalu, media baliho dan billboard sepertinya tidak terlalu berpengaruh dalam menarik perhatian anak-anak muda.
Timses berbagai calon pun mencoba cara berbeda, yakni menjadikan pasangan calon presiden-wakil presiden lebih aktif di media sosial. Presiden Calon, Ganjar Pranowo misalnya, membuat sebuah unggahan di X di mana ia meminta para pemilih muda untuk memilih busana yang sedang tren atau kekinian.
Tak mau ketinggalan, calon presiden Anies Baswedan pun punya cara berbeda untuk menunjukkan keterkaitannya dengan anak-anak muda, yakni dengan image sebagai pecinta kucing. Beberapa kali di akun Instagramnya, Anies Baswedan mengunggah foto-foto kucing kesayangannya bernama Lego, Snowball, Aslan, dan Oboy.
Bukan cuma itu, Anies pun sampai membuat akun untuk kucing-kucingnya tersebut dengan nama @pawswedan. Meskipun akun tersebut berisi aktivitas kucing Anies di rumah, tetapi tidak jarang narasi kampanye terselip di sela-sela unggahan meski tidak bisa disebut sebagai salah satu jurus kampanye langsung.
Beda hal lagi dengan calon presiden Prabowo Subianto. Punya image keras dan galak di pemilu-pemilu sebelumnya, kali ini sosok lebih ramah dan murah senyum pun ditampilkannya. Bahkan, sempat heboh beberapa waktu lalu sebuah baliho yang menayangkan foto kampanyenya dalam format animasi anak kecil dengan wajah Prabowo. Orang-orang pun menyebutnya "gemoy".
Image gemas kemudian dikembangkan di media sosial, hingga menimbulkan " gemoy effect " yang diharapkan disukai oleh anak-anak muda hari ini. Persona Prabowo dalam pemilihan kali ini terlihat lebih segar dan muda. Aksi-aksi lucunya selama ini pun bahkan dirangkum menjadi sebuah video hingga membuat tantangan berjoget ala Prabowo. Strategi ini diharapkan bisa mendongkrak suara para pemilih muda nantinya.
Efektivitas Raup Suara
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh para tim sukses para paslon sudah tepat berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Namun tidak bisa dimungkiri, para pemilih pemula di rentang usia 16-18 tahun, kebanyakan masih mengikuti Arah atau pilihan dari keluarga mereka. Oleh karena itu, masih sulit untuk benar-benar mengidentifikasi apakah kampanye yang dilakukan sudah tepat sasaran.
Pada usia tersebut, anak-anak muda baru mulai mengalami konflik seputar kemandirian dan pengendalian diri. Walaupun penentuan pilihan dimulai pada usia tersebut, namun dalam beberapa situasi mereka masih bingung untuk menentukan pilihan karena arus informasi media yang cukup deras dan juga anjuran-anjuran orang di sekitar mereka.
Kendati demikian, banyak juga pemilih muda yang sudah punya preferensi sendiri ketika memilih pemimpin. Meskipun narasi-narasi dekat dengan anak muda terus digenjot untuk menaikkan elektabilitas masing-masing paslon, namun yang sering dilupakan adalah kelompok muda di daerah ternyata lebih cenderung melihat pemimpin dari pemahaman mereka terhadap kondisi daerah dan bersedia bekerja berdasarkan aspirasi.
Apalagi, pemilih muda lebih kritis dibandingkan pemilih-pemilih dari generasi terdahulunya. Mereka pun tidak segan memeriksa fakta dan melek terhadap berita-berita yang tersebar di media sosial maupun media mainstream. Para pemilih muda pun tidak malas untuk mencari informasi soal rekam jejak jejak, program, serta visi-misi para calon pemimpin mereka yang bakal berlaga di Pemilu 2024.
Jadi efektif atau tidak semua narasi yang dibentuk untuk memperkenalkan calon pemimpin, bagi anak-anak muda itu nomor dua. Yang menjadi prioritas mereka adalah rekam jejak para calon pemimpin, cara kerja, isu-isu strategi yang akan ditangani ketika terpilih, hingga rencana ke depan para calon pemimpin untuk memajukan daerah maupun negara.
(DIR/alm)