Insight | General Knowledge

Good News International Church, Sekte Sesat yang Menewaskan 89 Orang

Rabu, 26 Apr 2023 15:34 WIB
Good News International Church, Sekte Sesat yang Menewaskan 89 Orang
Foto: Reuters
Jakarta -

Masyarakat Kenya digegerkan dengan penemuan puluhan jenazah di Hutan Shakahola, Malindi, Kenya. Jenazah-jenazah ini merupakan korban dari sekte sesat bernama Good News International Church yang dipimpin oleh Paul Mackenzie Nthenge. Paul mendoktrin para jemaat bahwa kelaparan adalah satu-satunya jalan untuk masuk surga dan "bertemu Yesus". Per 25 April 2023, polisi kembali menemukan 16 jenazah di hutan sehingga total korban bertambah menjadi 89 orang.

Penemuan jenazah ini bermula ketika polisi menyelidiki kematian dua anak pada Maret lalu. Kedua anak ini dibiarkan kelaparan hingga meninggal, lalu dikubur oleh orang tua mereka di hutan. Orang tua dari korban anak-anak merupakan pengikut dari Paul Mackenzie yang telah didoktrin dengan ajaran sesatnya.

Good News International Church yang Membawa Maut

Paul sendiri merasa dirinya tidak bertanggung jawab atas kematian-kematian tersebut, karena ia mengaku telah menutup Good News International Church yang sebelumnya berpusat di Kota Malindi. "If a person used to worship with me then, they should do it on their own now and not by my name. Follow Christ and not pastor Mackenzie," ucap Paul ketika diwawancara Daily Nation pada 25 Maret 2023.

Shahakola adalah desa terpencil yang gersang, minim sinyal, dan jauh dari keramaian, di sinilah Paul Mackenzie menyebarkan ajarannya. Mackenzie mengaku ia pindah ke sini bersama beberapa anggota gerejanya untuk memulai lembaran baru setelah menutup Good News International Church pada 2019. Selain meyakini puasa sebagai jalan menuju surga, Paul juga membujuk para jemaat untuk berhenti dari pekerjaan, menolak bantuan medis ketika sakit, serta menghimbau anak-anak untuk berhenti sekolah dan pergi ke gereja sebagai gantinya.

Atas dugaan keterlibatan Paul dalam kematian 2 anak tersebut, ia ditahan oleh kepolisian. Namun akhirnya dibebaskan setelah membayar jaminan sebesar Rp11 juta. Pada 15 April, Paul kembali ditahan oleh polisi setelah 4 pengikutnya tewas akibat berpuasa selama 3 bulan. Selain jenazah yang dikubur di hutan, polisi juga menemukan 34 pengikut sekte yang hidup di tengah hutan. Meski telah diselamatkan, mereka menolak untuk makan dan minum karena masih mempercayai ajaran Paul.

Kejadian ini membuat masyarakat dan pemerintah Kenya terpukul, karena di antara jenazah tersebut banyak yang masih berusia di bawah umur. Melansir dari CNN, Menteri Dalam Negeri Kenya Kithure Kindiki mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Paul merupakan kejahatan berat dan bisa dikategorikan sebagai terorisme karena melibatkan pembunuhan massal.

Paul sendiri dijadwalkan untuk menjalani proses persidangan pada 2 Mei mendatang. Apapun vonis hakim nanti, semoga keluarga korban bisa mendapatkan keadilan.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS