Insight | General Knowledge

Menelusuri Persona Diri Lewat Parfum

Selasa, 14 Feb 2023 15:30 WIB
Menelusuri Persona Diri Lewat Parfum
Foto: Pexels: Cottonbro
Jakarta -

Aroma adalah hal yang sangat personal. Mungkin tanpa banyak disadari, ia berhubungan erat dengan kepribadian, karakter, hingga memori kita. Lebih dari sekedar aroma yang "enak dicium", parfum mengomunikasikan aspek-aspek dari siapa diri kita. Seperti note parfum yang berlapis, banyak hal yang bisa dieksplorasi soal apa yang kita cari dari sebuah parfum.

Kompleksitas parfum dan bagaimana cara memahami aspek-aspeknya dikupas sedikit demi sedikit di event Brand Connection 3.0: Scents of Tomorrow yang diadakan oleh Praktis, end-to-end supply chain enabler dengan fokus mendukung bisnis brand-brand lokal melalui simplifikasi operasi back-end. Bertempat di Praktis Head Office, Jakarta Selatan, event ini mengeksplorasi parfum dari berbagai angle, dengan narasumber perfume writer Deb Mahatma Satya, Geralda Winona dari Kitschy Beauty, dan Pak Budi dari fragrance house CPL Aromas. Brand Connection sendiri merupakan bentuk aktivasi Praktis untuk menjangkau brand-brand lokal untuk mengeksplorasi subjek-subjek yang relevan dalam ekosistem industri Indonesia. Sebagai contoh, Brand Connection 2.0 membahas tentang prediksi tren 2023. Industri beauty juga memang salah satu niche yang ingin dirambah Praktis ke depannya.

Deb yang me-review parfum dengan nama Olfaxtory mengaku mulai mengoleksi parfum sejak SMA, meski ia baru mulai serius menuliskannya sejak 2019. Dalam memulai Olfaxtory, Deb menyatakan bahwa latar belakang pendidikan dan kegemarannya untuk menulis merupakan beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Menurut pengamatannya, market bagi parfum di Indonesia juga mulai booming pada waktu yang berdekatan dengan saat ia memulai Olfaxtory.

Lebih lanjut lagi, Deb menyatakan bahwa aspek-aspek seperti brand identity dan signature scent yang unik adalah faktor yang menentukan apresiasinya terhadap parfum. Hal tersebut meliputi desain packaging, botol, hingga aroma yang tidak bisa didapatkan pada produk parfum lain. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Geralda Winona sebagai representatif dari Kitschy Beauty. Sebagai beauty brand yang relatif baru dalam membuat produk parfum, Kitschy Feels, Geralda berkata bahwa apa yang mereka coba capture dalam parfum mereka adalah mood atau pengalaman. Karena tiap note aroma bisa mengomunikasikan mood yang berbeda, tiap varian produk Kitschy Feels selalu berangkat dari narasi yang ingin mereka angkat. Walau prosesnya terkadang tricky, tapi perjalanan ini merupakan hal yang fun bagi Kitschy.

Kedua narasumber ini kemudian menyatakan bahwa dalam membangun brand parfum, basis konsumen yang beragam perlu dipertimbangkan. Konsumen parfum sendiri terbagi menjadi dua kelompok besar; konsumen umum dan penggemar parfum—yang biasa disebut fragheads. Mencari balance dari kedua basis konsumen ini adalah kunci bagaimana brand bisa bertahan dan berkembang di pasar. Lagi-lagi, faktor seperti keunikan dan brand identity turut menjadi penentu, tapi selain itu, aspek performa parfum juga merupakan hal yang krusial. Sederhananya, sillage, projection, dan longevity adalah beberapa penentu bagi konsumen dalam menilai apakah suatu parfum worth untuk dibeli atau tidak. Sillage mengacu pada jejak aroma yang ditinggalkan pengguna parfum, projection mengacu pada jarak di mana orang bisa mencium aroma parfum tersebut, sedangkan longevity berarti ketahanan parfum tersebut pada kulit.

Kedua Pembicara dan MC Sesi Pertama WorkshopKedua Pembicara dan MC Sesi Pertama Workshop/ Foto: Praktis

Deb sendiri kerap menemui pertanyaan mengenai rekomendasi scent apa yang cocok digunakan sehari-hari oleh follower-nya—seperti contohnya untuk digunakan ketika menggunakan kendaraan umum di Jakarta. Secara umum, Deb menyatakan bahwa parfum dengan note-note yang fresh seperti bergamot, mandarin orange, dan lemon adalah rekomendasinya, walau tentu saja tiap parfum akan bereaksi berbeda pada kulit setiap orang. Kedua narasumber juga menyetujui bahwa faktor memori pribadi yang kita asosiasikan dengan momen tertentu akan memperkuat koneksi kita terhadap suatu aroma. Hal inilah yang menjadi penentu paling kuat seseorang dalam menentukan signature scent mereka.

Pak Budi dari CPL Aromas Membahas Mengenai Note ParfumPak Budi dari CPL Aromas Membahas Mengenai Note Parfum/ Foto: Praktis

Setelah sesi pertama, workshop berlanjut bersama narasumber dari fragrance house CPL Aromas, Pak Budi. Sebelum mulai melakukan breakdown tentang note-note parfum, Pak Budi pertama-tama menjelaskan bahwa parfum atau aroma pertama ditemukan setelah peradaban manusia menemukan api. Sepanjang sejarah, aroma digunakan untuk ritual dalam bentuk dupa atau lilin—ia bahkan berfungsi sebagai "obat" di tradisi Tiongkok kuno. Pak Budi juga mengutarakan hal yang senada dengan Geralda dan Deb, bahwa tidak ada benar atau salah dalam hal aroma, yang ada hanyalah common understanding. Hal ini merujuk kepada tradisi, kultur, hingga pengalaman pribadi yang membuat suatu aroma menjadi relevan atau bisa diterima oleh seseorang.

Peserta Workshop Mencoba Aroma Berbagai Note ParfumPeserta Workshop Mencoba Aroma Berbagai Note Parfum/ Foto: Praktis

Pak Budi kemudian menjelaskan tentang kategori-kategori umum parfum, seperti floral, citrus, fruity, gourmand, ozonic, dan banyak lainnya. Untuk menghasilkan aroma-aroma tersebut, dibutuhkan paduan dari bahan-bahan alami dan sintetis yang membentuk suatu parfum secara utuh. Kadang, kecocokan atau ketidakcocokan seseorang terhadap parfum bahkan bisa ditentukan oleh hanya satu note saja. Pak Budi kemudian mendemonstrasikan hal ini dengan memberikan sampel berbagai note parfum, yang jika dicium satu per satu hanya memberikan aroma yang linear, namun bila dipadukan akan menjadi lebih kompleks. Salah satu note yang menarik adalah civet, yaitu aroma yang dulunya diekstrak dari kelenjar musang—kini lebih banyak dibuat secara sintetis karena alasan etis—dan memiliki karakter kuat menyerupai bau kotoran binatang. Jika berdiri sendiri, note ini memiliki bau yang cenderung tidak sedap namun bila dipadukan dengan bahan lain ia bisa memberi nuansa yang warm pada parfum-parfum jenis floral.

Walau singkat, event yang informatif ini cukup memberikan gambaran tentang masih banyaknya hal yang bisa dieksplorasi dalam dunia parfum, baik dari perspektif brand maupun konsumen. Seiring meningkatnya wawasan konsumen dalam memilih parfum dan berkembangnya pasar di Indonesia, rasanya tak berlebihan untuk berharap bahwa industri ini akan semakin menarik ke depannya.

(alm/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS