Insight | General Knowledge

Kepingan Sejarah Pers dalam Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara

Jumat, 10 Feb 2023 14:08 WIB
Kepingan Sejarah Pers dalam Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara
Gedung Grha Bhakti Antara Foto: CXO Media - Anastasya Lavenia
Jakarta -

Tak jauh dari pintu masuk Pasar Baru, tepatnya di Jalan Antara No.59, berdiri sebuah bangunan bergaya kolonial yang di atasnya berkibar bendera merah putih. Bangunan ini adalah Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara yang merupakan bagian dari Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara. Di tempat inilah sejarah berhasil diukir, yaitu ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia disiarkan untuk pertama kalinya ke penjuru nusantara.

Kantor Berita Antara didirikan pada tahun 1937 oleh 4 wartawan; Adam Malik; A.M. Sipahoetar, Soemanang, dan Pandoe Kartawigoena. Boleh dikatakan, Antara memiliki peran yang besar dalam menghidupkan nyawa pers Indonesia, terutama bagi para pewarta foto. Kemudian pada tahun 1992, Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara akhirnya didirikan sebagai bentuk apresiasi kepada para perintis Kantor Berita Antara.

.Gedung Grha Bhakti Antara/ Foto: CXO Media - Anastasya Lavenia

Mengabadikan Sejarah Pers

Kiprah Antara dalam perkembangan pers dan perjuangan kemerdekaan diabadikan melalui barang-barang yang terpajang di museum yang menempati lantai 2 Gedung Grha Bhakti Antara. Di lantai mezzanine menuju lantai 2, terdapat piagam didirikannya Grha Bhakti Antara yang diapit oleh portrait keempat pendiri Antara. Lalu setibanya di lantai 2, kita akan disambut dengan ruangan luas yang memajang berbagai koleksi alat pendukung kegiatan jurnalistik dari masa pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan. Mulai dari mesin tik, alat cetak, arsip, hingga beberapa furnitur peninggalan masa kolonial.

.Museum yang bertempat di lantai 2 Grha Bhakti Antara/ Foto: CXO Media - Anastasya Lavenia

Sementara itu di dinding sebelah kiri, ada instalasi grafis komik yang menggambarkan perjalanan lahirnya Antara beserta sejarah Indonesia dari masa pra-kemerdekaan hingga peristiwa 30 September 1965. Di seberangnya, berjejer plakat yang berisi pemimpin Antara dari masa ke masa, mulai dari Adam Malik hingga Meidyatama Suryodiningrat yang kini menjabat sebagai Direktur Utama.

.Prasasti berdirinya Grha Bhakti Antara dan foto 4 pendiri Kantor Berita Antara/ Foto: CXO Media - Anastasya Lavenia

Tempat Lahirnya Para Pewarta Foto

Apabila lantai 2 berfungsi sebagai museum, lantai 1 Grha Bhakti Antara berfungsi sebagai Galeri Foto Jurnalistik. Selain dimaksudkan untuk menjadi tempat pameran fotografi, Galeri Foto Jurnalistik juga menjadi tempat diadakannya program workshop foto jurnalistik. Memang, Antara tak hanya dikenal sebagai kantor berita dan biro foto. Di kalangan wartawan, Antara juga dikenal sebagai institusi pendidikan jurnalistik yang bergengsi   terutama di antara para pewarta foto. Bagi para pewarta foto, bisa mengikuti kelas di Galeri Foto Jurnalistik Antara adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

Apalagi, mereka bisa belajar langsung dari pewarta foto terkemuka yang karyanya sudah dikenal oleh dunia, yaitu Oscar Motuloh, yang kini sudah pensiun dalam mengelola GFJA. Tongkat estafet kepemimpinan GFJA kemudian diteruskan kepada Ismar Patrizki, pewarta foto yang kini menjabat sebagai Kurator Museum dan GFJA Kantor Berita Antara. "Melalui program workshop foto jurnalistik yang rutin digelar setiap tahun, Galeri Foto Jurnalistik Antara membentuk anak-anak muda yang memiliki minat dan bakat dalam foto jurnalistik untuk terjun ke dalam dunia pers Indonesia," ucap Ismar kepada CXO Media.

Melalui workshop tersebut, selama dua dekade lebih GFJA akhirnya berhasil melahirkan para pewarta foto yang karyanya dimuat dalam berbagai media massa nasional maupun internasional. Sayangnya, kegiatan workshop reguler jurnalistik foto di galeri ini terhenti sejak beberapa tahun terakhir, dan untuk sementara ini kurikulumnya sedang ditinjau ulang. Meski program workshop terhenti sementara, tapi GFJA tetap melanjutkan kegiatannya dengan menggandeng komunitas fotografi, pewarta foto, dan organisasi pers di berbagai daerah untuk menggelar pameran fotografi jurnalistik.

.Koleksi alat pendukung jurnalistik/ Foto: CXO Media - Anastasya Lavenia

Adanya pendidikan jurnalistik seperti yang ditawarkan oleh Antara adalah faktor penting dalam keberlanjutan pers Indonesia. Apalagi menurut Ismar, saat ini pers   terutama pewarta foto   harus menghadapi tantangan besar dengan munculnya media sosial. "Saat ini, semua orang dapat menjadi 'pewarta' melalui platform-platform media sosial. Di situlah peran insan pers termasuk pewarta foto, untuk muncul lebih kuat sebagai penjaga kebenaran, akurasi, dan kejujuran sebuah berita. Apalagi bagi para pewarta foto, karena foto adalah bukti faktual dari suatu peristiwa," ucapnya.

Ismar berharap, para pewarta foto bisa lebih kreatif dan adaptif dalam menyiasati perkembangan teknologi digital yang melaju dengan begitu cepat. Tentunya, dengan tetap menjaga teguh etika dan kode etik jurnalistik.

Saat ini, Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara ditutup untuk sementara karena sedang direvitalisasi. Namun rencananya proses renovasi akan rampung pada Desember 2023 dan akan kembali dibuka untuk publik. Meski gedungnya masih dalam tahap renovasi, GFJA masih rutin mengadakan pameran fotografi di ruang terbuka. Untuk info lebih lanjut mengenai pameran yang sedang berlangsung, kunjungi Instagram @gfja.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS