Insight | General Knowledge

Apakah Ada Batasan dalam Melakukan Protes?

Selasa, 18 Oct 2022 16:48 WIB
Apakah Ada Batasan dalam Melakukan Protes?
Foto: CXO Media
Jakarta -

Di dunia yang sedang tidak baik-baik saja, kemarahan para aktivis memang wajar belaka. Mulai dari menginisiasi petisi daring, mengorganisasi aksi demonstrasi, hingga berbicara di forum-forum publik, ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh para aktivis agar suara mereka didengar. Tetapi belakangan, muncul beberapa aksi protes yang mengundang kontroversi.

Hari Jumat (14/10) lalu, dua aktivis iklim melempar sup tomat kalengan ke lukisan 'Sunflowers' karya Van Gogh yang dipajang di National Gallery, London. Kedua aktivis tersebut merupakan bagian dari Just Stop Oil, sebuah koalisi yang menuntut pemerintah Inggris untuk menghentikan penerbitan izin terkait bahan bakar fosil. "Mana yang lebih berharga, karya seni atau kehidupan?" ucap salah satu aktivis. Aktivis tersebut juga mengatakan bahwa krisis minyak menyebabkan jutaan keluarga hidup dalam kelaparan.

Lukisan Van Gogh sendiri tidak mengalami kerusakan karena dilindungi dengan kaca. Namun, protes ini membuat banyak orang merasa terganggu. Ada yang berpendapat bahwa aksi yang mereka lakukan ironis, mereka berbicara tentang orang-orang yang kelaparan tapi malah membuang-buang makanan. Ada juga yang berpendapat bahwa meski isu yang disampaikan sudah tepat, tapi targetnya salah sasaran-sebab karya seni dan pengunjung museum tidak bersalah atas kerusakan planet.

Satu hari setelahnya, protes yang membuat orang-orang mengernyitkan dahi kembali terjadi di London, kali ini di supermarket. Sejumlah aktivis vegan dari kelompok Animal Rebellion mendatangi supermarket, mengambil produk susu dari rak, dan menumpahkan isinya ke lantai. Menurut Animal Rebellion, aksi ini dilakukan untuk memperjuangkan plant-based future dan menyuarakan pentingnya dukungan bagi petani agar bisa bertransisi ke sistem plant-based food yang lebih berkelanjutan.

Meski pegawai supermarket memohon kepada para aktivis untuk berhenti, tapi mereka tetap melanjutkannya karena merasa aksi protes yang mereka lakukan "non-violent" dan "peaceful". Aktivis tersebut juga mengatakan bahwa mereka telah melakukan segala cara agar suara mereka didengar, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Sehingga mereka pun memilih cara disruptif seperti ini.

Bagaimana Seharusnya Protes Dilakukan?

Mengorganisasi massa dan memulai sebuah gerakan tentu bukanlah hal yang mudah. Para aktivis harus terus berkoar-koar mengenai isu yang mereka perjuangkan agar mendapatkan perhatian dan dukungan publik. Selain itu, mereka juga harus melobi orang-orang yang tepat agar terjadi transformasi kebijakan. Kerja-kerja seperti ini membutuhkan kepandaian dalam berstrategi dan kesabaran.

Ketika semua cara yang demokratis telah ditempuh namun tidak kunjung membuahkan hasil, wajar saja para aktivis merasa harus beralih ke cara-cara yang lebih disruptif dan provokatif agar suara mereka didengar. Dengan catatan, aksi protes tersebut seharusnya bisa membuat orang-orang terinspirasi dan bukannya malah merasa bingung. Secara formal, memang tidak ada batasan dalam melakukan aksi protes. Tapi, ada beberapa strategi yang bisa digunakan agar aksi protes menjadi efektif.

Bingkai isunya agar relatable untuk banyak orang
Komunikasi yang baik adalah kunci dari keberhasilan kampanye sosial. Salah satu tantangan terbesar dalam aktivisme adalah bagaimana caranya membuat orang-orang peduli dengan isu yang diperjuangkan, apalagi ketika isunya terasa "jauh" dan tidak berdampak ke kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, isu kampanye harus di-framing sedemikian rupa agar terasa relatable dan layak untuk diperjuangkan.

Luapkan kemarahan, tapi tetap tanamkan harapan
Aksi protes adalah salah satu cara untuk mengekspresikan kekecewaan terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab atas ketidakadilan. Namun, aksi protes yang hanya bertujuan untuk mempermalukan akan sulit untuk mendapatkan simpati publik. Meluapkan kemarahan sah-sah saja, tapi jangan lupa untuk menyampaikan bahwa ada solusi di balik permasalahan yang terjadi.

Jangan lupa untuk berempati
Berdedikasi terhadap suatu isu adalah hal yang mulia, tapi jangan sampai hal itu membuat kita lupa untuk memikirkan orang-orang yang akan terdampak akibat aksi protes. Beberapa aksi protes mungkin akan merepotkan orang lain yang tidak bersalah. Misalnya, aksi menumpahkan susu di supermarket akan menambah beban pegawai supermarket yang sebenarnya tidak salah apa-apa. Sebisa mungkin, pikirkan cara agar aksi protes tidak merugikan orang lain.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS