Insight | General Knowledge

Mencoba Memahami 'Ancaman' Mundur Shin Tae-Yong

Kamis, 13 Oct 2022 21:20 WIB
Mencoba Memahami 'Ancaman' Mundur Shin Tae-Yong
Foto: Detik.com
Jakarta -

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-Yong, menanggapi Tragedi Kanjuruhan dengan sebuah pernyataan kontroversial. Melalui sebuah unggahan di Instagram, STY menguraikan sikapnya ke dalam beberapa poin, yang salah satunya diartikan sebagai "ancaman" mundur dari kursi pelatih Timnas, apabila Ketua PSSI saat ini, Muhammad Iriawan alias Iwan Bule mundur dari jabatannya. Bahkan, pria berusia 52 tahun itu turut menyayangkan desakan masyarakat, yang menyudutkan Iwan Bule pada kasus Kanjuruhan. Menurut STY, Iwan Bule sendiri merupakan sosok dengan visi yang baik untuk Timnas, dan menyebut bahwa Iwan Bule bisa mengatasi masalah ini dengan baik.

Tak pelak, hal ini menjadi sambaran petir bagi masyarakat, yang tengah mendesak Iwan Bule untuk mempertanggungjawabkan kejadian yang merenggut 132 nyawa ini-dengan melepas titelnya sebagai Ketua PSSI. Sebab menurut logika umum, Iwan Bule harus mundur dari jabatannya, karena akar masalah Tragedi Kanjuruhan disebabkan oleh inkompetensi yang terlalu lama dibiarkan di batang tubuh PSSI.

Namun, sebelum terlalu jauh dan menghilangkan kemurnian pesan yang disampaikan STY pada unggahan Instagram-nya, mari menilik kembali maksud dan pernyataan pelatih asal Korsel tersebut. Sebab menurut saya, STY sendiri sedang menyampaikan pesan tersirat, pada komentar kontroversialnya soal Kasus Kanjuruhan yang viral.

Benarkah Pernyataan STY Menjadi Tameng bagi Iwan Bule?

Merujuk pada caption STY yang tengah ramai diperdebatkan, pria yang juga berstatus sebagai seorang suami dan bapak dari 2 anak ini menyampaikan simpati terdalamnya kepada korban pada bagian awal pernyataan. Ia pun menambahkan, ingin mendukung dan menguatkan para korban secara penuh, namun dengan memberikan sebuah prestasi gemilang untuk sepak bola Indonesia.

"Pertama-tama saya ingin mengucapkan turut berduka cita atas tragedi Kanjuruhan, Malang. Saya juga seorang suami dari istri dan seorang bapak dari 2 anak. Saya ingin memberikan dukungan penuh kepada para korban dan keluarga korban. Saya ingin memberikan harapan kepada semua orang Indonesia yang tersakiti karena tragedi kali ini walaupun dukungan saya tidak dapat menjadi kekuatan yang besar bagi keluarga korban. Cara saya untuk memberi harapan adalah memberikan hasil baik dengan berprestasi di sepak bola yang masyarakat sukai."

Sampai di sini, agaknya statement juru taktik tim Garuda tersebut bernilai sangat tepat dan profesional. Sebab memang, berhasil membawa prestasi bagi Indonesia yang belum pernah mencicipi gelar, adalah alasan utama mengapa STY dipekerjakan. Setelah mengucapkan simpatinya, STY lantas mengutarakan sebuah statement mengejutkan, berisi pembelaan bagi Ketum PSSI.

Ia menulis, "Seseorang yang sangat mencintai sepakbola Indonesia dengan kesungguhan hati dan memberikan dukungan penuh dari belakang agar sepak bola dapat berkembang adalah Ketua Umum PSSI."

Pernyataan barusan, tentu membuat saya sendiri keheranan waktu pertama kali membaca. Bahkan lebih jauh, saya rasa aneh jika seorang STY yang kompeten di sepak bola, malah menilai Ibul sangat suportif, padahal masyarakat secara luas merasa: Iwan Bule tidak becus dalam tugasnya.

Sambil membatin, saya semakin mengira kalau, STY sebenarnya sedang bermain sindir dengan Iwan Bule, namun dengan memanfaatkan ironi, sarkasme, dan satir. Yang mana, turut didukung oleh pernyataan multi-tafsir berikut: "Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri."

Bagi saya, poin dari statement barusan adalah sebuah pernyataan general, yang seharusnya tidak ditanggapi secara mentah-mentah. Maksud saya, dari kalimat di atas, STY tidak gamblang mengucapkan kalau Ibul bersih dari dosa. Lalu ia juga tidak mengatakan mengancam mundur, kalau Ibul mundur.

Malah menurut saya, STY justru menekankan sebuah kondisi, jika nantinya Ibul memang berarti salah dan harus mundur, maka ia pun akan mundur. Hal ini merupakan sebuah sikap, yang didasari oleh prinsip kinerja tim yang diamini STY, sebagaimana dijelaskan pada kalimat berikut: "Karena saya pikir jika terdapat kesalahan dari rekan kerja yang bekerja bersama sebagai 1 tim, maka saya pun juga memiliki kesalahan yang sama."

Di sini, saya melihat kalau STY sebagai orang Korea yang punya rasa malu jika lalai dalam tugas, justru mengajak orang-orang di dalam PSSI secara menyeluruh untuk meletakkan jabatan, karena tragedi Kanjuruhan yang fatal adalah kesalahan sistemik dan tidak cuma layak diarahkan terhadap Ibul. Berarti, jika memang perlu, dan terbukti kalau Ibul salah, STY pun siap mundur sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban bersama-sama.

Kemudian, pelatih yang membawa Korsel menaklukkan Jerman di Piala Dunia 2018 itu kembali menjabarkan situasi sepak bola di Indonesia yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Ia menulis: "Kita adalah 1 tim. Sepak bola tidak bisa sukses jika hanya performa 11 pemain inti saja yang bagus, bukan juga hanya staf pelatih saja yang bagus, kita bisa mencapai kesuksesan ketika semuanya menjadi satu tim mulai dari pemain inti, pemain cadangan, staf pelatih, official, semua karyawan federasi termasuk Ketua Umum. Itulah filosofi sepak bola saya. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang tidak akan bisa menang dengan hanya 1 orang saja yang bagus kinerja kerjanya."

Lagi-lagi, saya melihat ungkapan di atas sebagai sindiran telak terhadap Ibul, yang selama ini kerap mengedepankan dirinya ketika Timnas berprestasi. Sementara pada pernyataan di atas, STY menegaskan bahwa segala prestasi-atau kegagalan, merupakan tanggung jawab bersama dan tidak boleh diklaim oleh segelintir orang, termasuk karyawan federasi dan ketua umum.

Beralih ke bagian akhir statement, saya rasa STY kian mengungkap fakta yang lebih pelik. "Saya dengan masyarakat Indonesia dapat mengembangkan sepak bola Indonesia bersama setelah saya datang ke Indonesia pada tahun 2020. Ini adalah prestasi atau hasil yang dibuat oleh para pemain, fans dan Ketua Umum PSSI yang memilih saya," tulisnya.

Merespon kalimat itu, saya rasa STY sebenarnya sedang menyiratkan maksud tertentu. Yaitu, pada dasarnya, sepak bola di Indonesia adalah milik seluruh elemen bola di Indonesia, dan bukan milik segelintir orang, sebagaimana sikap Ibul selaku ketua-yang selama ini memang kerap numpang panggung-saat kesebelasan Garuda yang ditangani STY berprestasi.

Lalu, saya turut menganggap, bahwa poin yang tertulis di bawah ini, merupakan cara STY mengajak seluruh bagian di tubuh federasi kita untuk mawas diri, namun (lagi-lagi) dengan memanfaatkan teknik sindiran yang ciamik.

"Sangat disayangkan nyatanya semua tanggung jawab dialihkan kepada Ketua Umum. Beliau telah mengembangkan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Pasti bisa juga mengatasi keadaan ini dengan baik. Saya pun akan berusaha lebih keras agar sepak bola Indonesia lebih maju lagi."

Dari sana, saya membayangkan, kalau STY tengah bermain satir terhadap kinerja Ibul. Terlihat pada kalimat: "Beliau telah mengembangkan sepak bola Indonesia secara keseluruhan." Yang mana turut bisa dipahami secara berlawanan, ketika dilengkapi dengan kiasan manis berupa susulan: "Pasti bisa juga mengatasi keadaan ini dengan baik," yang juga bisa berarti: Iwan Bule harus mundur.

Menariknya, sebagaimana awal caption yang bijak, STY menutup pernyataannya dengan perhatian mendalam kepada para korban, keluarga korban, dan seluruh masyarakat Indonesia yang turut terdampak.

Melihat Dua Sisi

Terlepas dari apapun maksud Shin Tae-Yong pada caption-nya; entah sebenarnya ia sedang membela Iwan Bule atau-seperti dugaan saya-sedang menyindir Iwan Bule secara halus, STY memang berhasil membawa Timnas Indonesia menjadi lebih baik. Terbukti sejak memimpin Timnas Indonesia akhir 2019, Indonesia bisa lolos ke Piala Asia 2023, lolos ke Piala Asia U-20 di Uzbekistan tahun depan dan membawa posisi Timnas naik drastis di rangking dunia.

Walaupun begitu, jika memang caption STY berarti sebagai ancaman mundur dan pembelaan terhadap Iwan Bule, maka saya rasa STY boleh mundur, jika beliau merasa hal itu adalah tindakan yang benar. Sebab, meminjam cuitan dari akun @mafiawasit, "Nama Shin Tae-yong Tidak Boleh Lebih Besar dibanding dengan logo Garuda di Dada!"

Atau, jika memang perlu, saya juga setuju dengan kalimat @bonekcasuals: "Shin Tae-yong Sementara, #USUTTUNTASTRAGEDIKANJURUHAN Selamanya." Itulah hal yang perlu kita perjuangkan. Jadi, tidak peduli siapapun pelatihnya, jika memang revolusi yang baik, benar terjadi di persepakbolaan nasional, saya tetap optimis bahwa para Garuda, tetap bisa mengharumkan sang merah putih di kancah dunia pada masa mendatang.

[Gambas:Audio CXO]

(RIA/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS