Insight | General Knowledge

Kekerasan Aparat dalam Demonstrasi di Iran

Selasa, 11 Oct 2022 15:13 WIB
Kekerasan Aparat dalam Demonstrasi di Iran
Foto: BBC
Jakarta -

Gelombang demonstrasi yang muncul di Iran sejak pertengahan bulan September kemarin masih berlangsung hingga hari ini. Kematian Mahsa Amini di tangan polisi moral merupakan peristiwa awal yang akhirnya memicu perlawanan warga Iran terhadap pemerintah yang represif. Dalam aksi ini, banyak perempuan menyuarakan kemarahan mereka terhadap pemerintah Iran yang selama ini mendikte tubuh mereka. Selain itu, mereka juga menuntut pemerintah tertinggi Iran, yaitu Ayatullah Ali Khamenei untuk mengundurkan diri.

Namun, aksi demonstrasi ini dibalas dengan tindakan represif dari aparat. Pada tanggal 20 September, seorang remaja perempuan berumur 17 tahun bernama Nika Shirakami dikabarkan menghilang setelah ia mengikuti aksi demonstrasi. Keesokan harinya, tubuh Nika ditemukan di halaman sebuah gedung dengan keadaan sudah tak bernyawa. Namun, aparat baru mengabari pihak keluarga mengenai kematian Nika 10 hari setelahnya yaitu pada tanggal 1 Oktober.

Pernyataan resmi dari aparat mengatakan bahwa Nika tewas karena jatuh dari gedung. Namun, pihak keluarga percaya bahwa Nika tewas akibat dianiaya oleh polisi. Nasreen Shakarami mengatakan bahwa jenazah putrinya menunjukkan tanda adanya pukulan berkali-kali di kepala. Jenazah Nika pun dikubur di sebuah desa terpencil tanpa sepengetahuan keluarga.

Selain Nika, Sarina Esmailzadeh yang berumur 16 tahun juga diduga tewas karena dianiaya oleh polisi. Menurut Amnesty International, Sarina tewas karena dipukul menggunakan pentungan oleh polisi ketika mengikuti aksi demonstrasi pada tanggal 23 September. Seperti kasus Nika, aparat juga mengatakan bahwa Sarina tewas karena bunuh diri melompat dari gedung.

Nika dan Sarina adalah dua dari banyaknya warga Iran yang tewas dalam gelombang demonstrasi. Menurut laporan Iran Human Rights, setidaknya sudah ada 185 orang yang tewas, termasuk anak-anak. Jumlah kematian tertinggi terjadi di Provinsi Sistan and Baluchistan. IHR juga menyebut bahwa kekerasan aparat yang menelan korban ini merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan".

Dugaan unlawful killings yang dilakukan oleh aparat Iran ini menambah kemarahan warga terhadap pemerintah. Sejak awal, pemerintah Iran memang tak menunjukkan itikad baik untuk mendengarkan amarah warganya. Aparat justru memukul mundur massa aksi menggunakan kekerasan. Warga Iran dan aktivis HAM pun menuntut pemerintah Iran untuk bertanggung jawab serta menuntut adanya intervensi dari PBB untuk mengusut tuntas kekerasan yang dilakukan negara selama demonstrasi berlangsung.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS