Insight | Business & Career

Memahami Pola Konsumsi Gen Z

Kamis, 27 Jul 2023 16:02 WIB
Memahami Pola Konsumsi Gen Z
Foto: Istimewa
Jakarta -

Gen Z merupakan sebuah kata yang kini kian sering terdengar. Bagaimana tidak, Gen Z yang lahir antara tahun 1997 sampai 2010-an awal merupakan generasi pertama yang bertumbuh dan berkembang dalam dunia digital, di mana internet sudah bisa diakses dengan mudah. Hal ini menjadikan mereka sebagai generasi yang woke dan optimis dalam mengemukakan pendapat. Karena mereka pengguna dan penikmat teknologi, perilaku konsumerisme mereka pun cukup berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Menurut Bloomberg, Gen Z memiliki daya beli yang luar biasa, yaitu sebesar 360 miliar dolar dibandingkan dengan 4 tahun lalu, di mana angka pengeluaran untuk berbelanja hanya mencapai 143 miliar dolar. Dengan kenaikan yang signifikan ini, selama 20 tahun ke depan di saat generasi ini sudah mulai memasuki dunia kerja dan mengoptimalkan potensi pendapatan mereka, maka angka pengeluaran yang akan mereka keluarkan untuk berbelanja tentunya akan terus meningkat.

Sejauh ini, Generasi Z kerap disebut sebagai kelompok konsumen yang sangat kritis karena memiliki pandangan yang berbeda tentang berbelanja dibandingkan generasi sebelumnya. Karena beberapa dari mereka merupakan generasi terbaru yang memasuki dunia kerja, mereka pun kini sudah mulai memiliki daya beli yang semakin kuat. Meskipun demikian, Gen Z yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan sebagian uangnya untuk berbelanja juga memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Lebih memilih produk yang sustainable

Rata-rata, Gen Z yang terpapar oleh internet seiring mereka bertumbuh sangat mengenal dan memahami isu-isu terkini yang sedang ramai. Bahkan, kebanyakan dari mereka sangat peduli dengan planet dan keberlangsungan lingkungan. Hal ini pun berpengaruh besar pada pola k nsumsi mereka, di mana Gen Z percaya bahwa generasi sebelumnya mewakili konsumsi berlebihan, kapitalisme, dan materialisme. Sehingga, Gen Z pun cenderung lebih memilih produk yang sustainable dengan kualitas yang lebih tinggi.

Menurut laporan dari First Insight, 73% dari mereka bersedia membayar 10% lebih mahal untuk produk yang sustainable. Mereka menghargai produk yang dipersonalisasi dan sering tertarik pada merek-merek yang memiliki pandangan atau visi dan misi yang sejalan dengan mereka. Mereka juga tidak ragu untuk meninggalkan merek yang tidak memiliki standar etika yang sama dengan mereka. Satu dari tiga konsumen Gen Z sudah meninggalkan merek-merek yang mereka anggap reputasinya tidak baik-dalam perihal sustainability-selama 12 bulan ke belakang.

Besarnya peran media sosial dalam mencapai Gen Z

Sebagai generasi pertama yang tumbuh dengan smartphone, media sosial telah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari Gen Z. Sekitar 88% dari Gen Z menggunakan setidaknya satu platform media sosial beberapa kali sehari, dengan YouTube menjadi platform yang paling digemari untuk digunakan setiap hari (67%), diikuti oleh Instagram yang hampir sama populernya (65%).

Gen Z memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi, mengikuti tren, dan membangun identitas, namun media sosial juga memiliki pengaruh yang besar dalam pandangan mereka sebagai konsumen dan terhadap produk. Sekitar 43% dari konsumen muda mengatakan bahwa mereka bersedia membeli produk berdasarkan rekomendasi dari seorang influencer, dan 49% menyatakan bahwa mereka senang berbelanja langsung melalui media sosial. Hal ini dikarenakan sebagian besar konsumen Gen Z (63%) menggunakan platform media sosial untuk mengikuti tren.

Mengandalkan review, insentif, dan kebijakan pengembalian barang

Secara general, Gen Z lebih tertarik dengan merek-merek yang peduli dengan lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial. Sehingga, apabila mereka melakukan pembelian dan mereka harus dirumitkan dengan sistem pembayaran, tidak adanya potongan harga, ataupun voucher pengiriman, maka kebanyakan dari mereka akan mengurungkan niatnya untuk berbelanja di sebuah merek tertentu.

Tidak hanya itu, karena Gen Z juga sangat lihai dan teliti dalam perihal teknologi, mereka sangat peduli dengan ulasan dari pembeli lain serta ketentuan dalam pengembalian barang apabila terdapat kekeliruan dalam pemesanan. Kebanyakan dari Gen Z akan membatalkan pembelian apabila mereka membaca ulasan perihal pengiriman yang lama, tidak adanya promosi menarik, serta sistem pilihan pengembalian barang yang tidak jelas.

Penting bagi para pemilik brand untuk mengenal betapa pentingnya Gen Z sebagai kelompok pembeli yang kritis dan perlu diajak berinteraksi, terutama karena daya beli dan pemasukan mereka yang akan semakin meningkat. Ke depannya, konsumen Gen Z akan semakin berharap bahwa merek-merek yang familiar bagi mereka akan terus bersifat autentik, berkomitmen terhadap keberagaman dan keberlangsungan lingkungan, serta dapat memuaskan mereka dengan konten yang menghibur melalui pengalaman digital yang unik.

(DIP/alm)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS