Insight | Business & Career

Seberapa Penting Peran Emotional Intelligence di Dunia Kerja?

Rabu, 15 Feb 2023 14:30 WIB
Seberapa Penting Peran Emotional Intelligence di Dunia Kerja?
Foto: Pexels
Jakarta -

Selama bertahun-tahun, Intelligent Quotient (IQ) sering digaungkan sebagai tolok ukur kecerdasan juga bahkan kesuksesan seseorang. IQ sendiri merupakan hasil pengukuran dari kecerdasan kristal, yakni kecerdasan yang terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup yang menggambarkan kemampuan kognitif, bakat, intelektual, kemampuan berpikir, dan kemampuan seseorang dalam menggunakan logika secara umum.

Namun faktanya, IQ bukanlah segalanya. Tanpa diiringi emotional quotient (EQ) atau juga sering disebut sebagai emotional intelligence, IQ yang tinggi tidak akan membuka jalan menuju kesuksesan. Hal ini dikarenakan EQ memiliki kaitan yang erat dengan semangat kerja, motivasi, kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan beradaptasi dengan lingkungan.

Pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Peter Salovey dan John D. Mayer pada tahun 1990, kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam memahami dan mengontrol emosi diri sendiri dan juga orang lain. Dengan demikian, pemahaman emosional ini dapat membantu kita dalam mengambil keputusan, menyelesaikan masalah, dan juga berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam dunia kerja, IQ hanya menyumbang 20% dari kesuksesan seseorang. Sementara 80% sisanya datang dari emotional intelligence dan social intelligence. Daniel Goleman, psikolog dan penulis buku "Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ" berpendapat bahwa kompetensi emosional memiliki peran yang sangat penting dalam lingkungan kerja dan sosial.

Gagasan tersebut didukung oleh banyak ahli, bahkan riset menunjukkan bahwa EQ mempengaruhi interaksi antara rekan kerja, mengelola stres, menyelesaikan konflik, serta mempengaruhi performa kerja secara keseluruhan. Lebih lanjut, kecerdasan emosional telah dikenal sebagai kemampuan yang dapat memperbaiki komunikasi, management, problem-solving, dan relasi di lingkup kerja.

Terdapat lima indikator dari kecerdasan emosional; self-awareness, self-regulation, self-motivation, empathy, dan social skills. Dalam lingkup kerja, seseorang dengan level kecerdasan emosional yang rendah biasanya memiliki sifat seperti playing victim, melepas tanggung jawab dari kesalahan, memiliki gaya komunikasi yang pasif agresif, menolak untuk bekerja dalam tim, terlalu mengkritik atau tidak menghiraukan opini rekan kerjanya. Sementara, orang yang memiliki tingkat EQ yang tinggi cenderung dapat menyelesaikan masalah atau konflik dengan tepat, tetap tenang di bawah tekanan, memiliki empati yang lebih, serta merespons constructive criticism dengan baik.

Adanya kemampuan untuk mengenal, memahami, dan mengelola emosi kita dengan baik nyatanya memang memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja kerja. Jika kamu merasa memiliki EQ yang relatif rendah, belum terlambat untuk memperbaiki dan mencoba meningkatkannya.

[Gambas:Audio CXO]

(HAI/DIR)

Author

Hani Indita

NEW RELEASE
CXO SPECIALS