Lampu temaram menyorot ke arah panggung pada Rabu (22/10) malam di Ketawa Comedy Club. Satu per satu, penampil naik untuk mempertunjukkan keahlian mereka.
Bukan, mereka bukan stand up comedy. Mereka mencoba membaca pikiran, memprediksi masa depan, bahkan memengaruhi pilihan seseorang. Setiap kali percobaan berhasil, tepuk tangan terdengar, kadang-kadang diselingi tawa.
Yang barusan saya ceritakan adalah bagian dari kegiatan bertajuk "Mind Gym", ruang latihan khusus para mentalist ibu kota, sebuah konsep yang selama ini mungkin jarang terdengar.
Bukan Sulap, Bukan Sihir, Ini Mentalism
Di mata awam, sulap sering dibayangkan sebagai aktivitas soliter, di mana pelakunya menghabiskan ribuan jam sendiri di depan cermin untuk berlatih kecepatan tangan hingga gerakannya tidak terlihat oleh mata telanjang. Latihan semacam itu memang penting bagi pesulap, tetapi mentalist butuh 'latihan ekstra'.
Mentalist adalah pelaku pertunjukan yang memadukan psikologi, sugesti, dan seni komunikasi untuk menciptakan ilusi pikiran. Bagi mentalist, 70% penampilannya bukan soal trik, melainkan delivery, dari cara berbicara, membangun koneksi, hingga memancing reaksi penonton. Hal tersebut tidak bisa dilatih dengan hanya berdiri di depan cermin.
Mentalist butuh interaksi langsung di panggung dengan penonton asli untuk menguji 'kesaktian' mereka. Inilah ide awal tercetusnya Mind Gym, yakni sebagai ruang aman bagi para mentalist untuk mencoba, gagal, dan berkembang.
"Tujuan Mind Gym itu supaya performer bisa melatih routine dan show mereka di atas panggung," kata Ritz Lie, salah satu anggota komunitas Mindonesia chapter Jakarta. "Seperti namanya, Gym, makin konsisten nge-gym, makin terlihat hasil latihannya."
Mind Gym sendiri diinisiasi oleh komunitas mentalist di Jakarta bernama Mindonesia. Mereka menjadwalkan latihan setiap Rabu malam di Ketawa Comedy Club, Jakarta Selatan. Sejauh ini masih konsisten di tempat yang sama sejak September 2025 lalu.
Panggung tersebut menjadi simulasi pertunjukan untuk menguji efek baru, patter, atau sekadar menambah jam terbang supaya tidak gugup saat tampil di depan publik. Sementara bagi penonton, pengalaman ini menjadi hiburan yang berbeda.
Mind Gym untuk Siapa?
Kebutuhan akan panggung cukup mendesak karena banyak pesulap tidak memiliki tempat untuk berlatih. Jika membandingkan dengan stand up comedy, yang berkembang pesat satu dekade terakhir, seni sulap memang tidak mendapatkan jumlah panggung yang sama.
Kita pernah berada pada era keemasan sulap di televisi ketika ajang pencarian bakat "The Master" (2009-2012) melahirkan banyak bintang dan menempatkan sulap sebagai tontonan prime time. Saya pun mulai tertarik belajar sulap karena menonton acara tersebut.
Di dunia mentalist sendiri, Deddy Corbuzier adalah sosok yang paling menonjol sebagai ikon. Namun, semenjak mengumumkan 'pensiun' dari persulapan di televisi, popularitas mentalism seakan ikut surut. Nama-nama besar yang dulu rutin tampil di layar kaca juga perlahan berganti fokus. Regenerasi di permukaan seolah terhenti.
Padahal di grassroot, banyak mentalist berbakat yang secara kemampuan tidak kalah mentereng. Itulah kenapa saya melihat panggung Mind Gym ini sebagai bentuk penyegaran. Meski sangat niche, tetapi para mentalist akhirnya kembali mendapat lampu sorot.
Panggung untuk Bertumbuh
Ritz Lie, yang dulunya juga pernah menjadi kontestan The Master Season 5, berharap Mind Gym bukan hanya menarik minat sesama penggiat sulap, tetapi masyarakat awam yang ingin mengenal mentalism lebih jauh.
"Mind Gym terbuka buat semua pesulap yang mau berlatih karena ini panggung latihan bersama," Ritz Lie menambahkan. "Orang awam boleh datang, nonton dan belajar sulap. Tentunya panggung ini bisa buat mereka yang mau mencoba pengalaman tampil. Nggak perlu takut salah karena di panggung ini boleh salah supaya bisa lebih bagus lagi."
Ke depan, seperti halnya open mic yang rutin dijalankan oleh komunitas stand up comedy berbagai kota di Indonesia, Mindonesia juga ingin mereplikanya.
"Chapter lain boleh mereplika kegiatan Mind Gym. Masa bikin panggung latihan dilarang? Justru Jakarta menjadi tempat uji coba sehingga yang lainnya bisa bikin di daerahnya masing-masing. Makin banyak Mind Gym makin banyak pesulap Indonesia yang dapat panggung latihan, kan?" tutup Ritz Lie.
Bagi orang-orang yang penasaran ingin melihat bagaimana seorang pembaca pikiran mengasah kesaktiannya atau melihat proses di balik layar dari sebuah pertunjukan, pintu acara ini terbuka lebar.
Lebih penting, bagi mereka yang mungkin selama ini diam-diam tertarik pada seni mentalism, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana atau berlatih bersama siapa, wadah itu kini tersedia. Mind Gym menjadi kawah candradimuka yang siap menempa talenta-talenta mentalist Indonesia, setidaknya dimulai dari komunitas di Jakarta.
Penulis: Bagas Dharma
Editor: Dian Rosalina
*Segala pandangan dan opini yang disampaikan dalam tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi atau pihak media online.*
(ktr/DIR)