Interest | Art & Culture

LIFEs 2025: Membaca Indonesia, yang Lalu dan Kini

Sabtu, 02 Aug 2025 21:30 WIB
LIFEs 2025: Membaca Indonesia, yang Lalu dan Kini
Konferensi Pers LIFEs 2025 di Komunitas Salihara Arts Center, Jakarta (Jumat, 1/8/2025)/Foto: Istimewa
Jakarta -

Hajat besar sastra dua tahunan persembahan Komunitas Salihara Arts Center, Literature and Ideas Festival (LIFEs) tahun 2025, siap digelar sepanjang bulan Agustus. Diagendakan berlangsung secara luring di beberapa titik di Jakarta, LIFEs 2025 akan menghadirkan total 35 penampil sebagai pengisi 20 rangkaian program.

Mengangkat tema: Menjadi Indonesia, LIFEs 2025 hendak mengajak khalayak sastra Indonesia—maupun global—untuk kembali memaknai dan merenungkan secara luas isu-isu tentang diri, identitas, komunitas, dan kebangsaan yang relevan dengan zaman kiwari.

Rangkaian Panjang LIFEs 2025

LIFEs 2025 datang membawa suguhan yang lebih penuh—dibandingkan LIFEs tahun 2023 lalu. Dalam rangkaian utamanya, LIFEs menyajikan diskusi, pameran, lokakarya, ceramah, hingga pertunjukan, yang siap digelar mulai 8-16 Agustus 2025, serta dibuka dengan penampilan Teater: in(her)ited silence sebagai tahapan pra-LIFEs (2-3 Agustus), dan dipungkasi Teater: Perburuan Pramoedya dari Blora ke Jakarta pada rangkaian paska-LIFEs (22-23 Agustus).

Direktur LIFEs dan Kurator Sastra Komunitas Salihara Arts Center, Ayu Utami mengungkapkan, LIFEs sebagai salah satu festival sastra tertua di Indonesia, ingin menyajikan sebuah inovasi terbaru yang menyajikan beragam program interaksi serta eksperimen kolektif dalam penciptaan karya.

[Gambas:Instagram]

"LIFEs 2025 [akan] mementaskan Rumah dengan Selembar Tikar, sebentuk teater arsip bermodul dengan naskah BPUPKI (Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sebelum sampai pada bentuk ini, telah dua tahun Komunitas Salihara dan Komunitas Utan Kayu mengadakan pembacaan utuh naskah itu dengan partisipasi publik," kata Ayu. "Selama LIFEs juga akan ada pameran interaktif di Galeri, di mana hadirin bisa memilih teks-teks BPUPKI dan membacakannya."

Ayu menambahkan, LIFEs 2025 juga menyelenggarakan sejumlah rangkaian program yang lebih melibatkan banyak audiens. Misalnya, lokakarya Urban Raga, yang menggabungkan gerak dan menulis kreatif atau lokakarya Memasak Resep Warisan Soekarno, yang melibatkan peserta untuk ikut mendalami buku resep Mustikarasa peninggalan era Soekarno

LIFEs 2025 juga menjadi ajang dengan program yang berkesinambungan, lewat sayembara esai biografis Menjadi Indonesia yang telah digulirkan pada Februari-Mei lalu. Menariknya, tiga pemenang utama esai biografis Menjadi Indonesia—Sunlie Thomas Alexander ("Sebuah Dongeng Keluarga"), Royyan Julian ("Sembahyang di Kloset"), Rio Johan ("'Penyimpangan': Dulu, Sekarang, & Entah Kapan")—juga akan terlibat langsung dalam diskusi Indonesia di Jalan Saya.

"LIFEs ingin lebih dari sekadar ngobrol-ngobrol kecil. Kami ingin menawarkan kedalaman dan proses berkarya bersama," lanjut Ayu. Oleh sebab itu, hajat LIFEs 2025 siap mewadahi para pecinta literasi untuk terlibat dalam Jakarta Poetry Slam: Grand Slam 2025, hingga mengikuti kegiatan Membaca Senyap bersama Baca Bareng SBC Jakarta di area Komunitas Salihara Arts Center.

Menjadi Indonesia

Tema LIFEs 2025: Menjadi Indonesia sengaja dipilih lantaran penyelenggaran tahun ini memang bertepatan dengan momen 80 tahun Kemerdekaan Indonesia. Frasa "Menjadi Indonesia" sendiri diambil dari karya monumental Parakitri T. Simbolon (1947-2024) berjudul sama yang dirilis 30 tahun silam, dan akan dibahas secara lebih jernih dalam sesi diskusi Klasik Nan Asyik: Membaca Parakitri T. Simbolon.

Menurut Ayu, diskursus ini ingin menyoroti karya-karya klasik yang turut membentuk identitas bangsa. Namun demikian, kedalaman bahasan LIFEs 2025 tidak hanya berlaku secara retrospektif; isu-isu yang lebih kini dan relevan juga mendapat porsi khusus di rangkaian tahun ini.

"Jadi, sebelum muncul tagar Indonesia Gelap Jilid I dan II, tagar KaburAjaDulu, sampai polemik penulisan sejarah, kita memang sudah menyiapkan 'Menjadi Indonesia' sebagai tema," tutur Ayu. "Tapi, kita yang tadinya juga mengangankan 'Indonesia Terang', kemudian lebih fokus untuk membicarakan isu-isu krusial yang tengah dibicarakan publik dan meresponnya, karena hal-hal tersebut terus tumbuh selama persiapan menuju LIFEs tahun ini."

[Gambas:Instagram]

Karya-karya yang menghiasi era modern Indonesia dengan topik terkini tersebut mewujud ke dalam sejumlah sesi diskusi seperti: Sastra dan Subaltern; Indonesia Gelap dan Sekitarnya; Kontroversi Penulisan Ulang Sejarah Indonesia; sampai ceramah Hukum sebagai Kebudayaan: Suatu Gagasan tentang Indonesia dari pakar hukum tata negara, Bivitri Susanti.

LIFEs 2025 turut memberi tempat pada gagasan-gagasan mengenai keindonesiaan dari sudut pandang lainnya. Misalnya, diskusi novel spionase Pacar Merah Indonesia oleh penulis dan peneliti arsip, Muhidin M. Dahlan dan ceramah Jazz Sebagai Metode Menjadi Indonesia oleh musisi Sri Hanuraga.

Ada pula bahasan mengenai identitas kebangsaan yang lebih global, lewat The Gaza Monologues yang ditulis oleh para remaja Palestina, serta panel diskusi Identitas dan (De)Kolonisasi lintas negara, yang diisi seniman teater sekaligus aktivis Palestina, Iman Aoun dan penulis dan dramaturg dari Singapura, Alfian Sa'at.

Tak selesai di situ, LIFEs 2025 yang akan dibuka Malam Bintang-Bintang di Bawah Langit Jakarta dan Makan Malam Sastra, juga akan menyuguhkan Pameran Interaktif: Menjadi Indonesia yang bisa diakses sepanjang rangkaian, dan menampilkan aksi duo new wave kabupaten, Sukatani, yang menjadi ikon ekspresi perlawanan pada penghujung rangkaiannya.

Jadwal dan informasi lebih lengkap mengenai seluruh program pada LIFEs 2025 dapat diakses melalui laman lifes.salihara.org atau akun Instagram @komunitas_salihara.

[Gambas:Instagram]

(cxo/RIA)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS