"Dimulai dari bersenang. Bertahan puluh tahun kemudian. Banyak yang akan kami kenang..."
Kerja sama Vans dan Seringai menyerupai makna nyata dari renjana. Suatu keadaan ideal berlandas gairah dan atraktivitas. Seumpama pola checkerboard khas Vans; hitamnya scene musik gahar bersebadan dengan putihnya kanvas budaya yang luwes—mewakili semangat hidup dan bebas.
Waktu pertama ditunjuk menjadi "wajah" Vans Indonesia pada 2018 silam, gitaris Seringai, Ricky Siahaan menyambutnya dengan hangat, "Bagi kami, memakai Vans sudah jadi rutinitas yang old school. Karenanya, ini terasa seperti bersanding dengan kawan lama."
Tujuh tahun berselang, pada 30 April 2025, di tengah atmosfer urban Vans Block Party di M Bloc Space, Jakarta, perjalanan itu menjelma abadi. Karena pada hari itu, Vans bukan hanya tengah merayakan siluet legendaris Old Skool tapi juga menghormati kepergian sang "Riffmeister" ke haribaan Tuhan—sebelas hari sebelumnya (19 April 2025).
Bersama gegap gempita permainan kaum urban, di antara tembok mural yang artistik, serta lapak fesyen dari jenama lokal, para pecinta musik yang berkumpul, yang seluruh kakinya menjejak bumi dengan waffle Vans, semua yang berkumpul di Block Party seolah tengah meluhurkan seorang Ricky.
Semangatmu, Gairahmu, Renjana
Panggung Vans Block Party tak menyisakan Ricky dalam diam. Gitar hitam kesayangannya—Gibson SG—berdiri gagah. Karangan bunga dari Vans bertuliskan "Selalu, Selamanya Ricky the Riffmeister #VansForever" dipajang bersama memorabilia, yang disandingkan dengan instalasi visual siluet Old Skool.
Faktanya, Vans Old Skool muncul pertama kali tahun 1977, hanya berselang setahun dari tahun lahir Ricky, 5 Mei 1976. Sepatu ini, seolah telah menyimbolkan kehidupan Ricky sejak dilahirkan. Menemani jejak kehidupannya, tak hanya di panggung atau rilisan, tapi juga di mata mereka yang mengenakan Vans sebagai pernyataan hidup.
"Vans sama Seringai itu kayak Old Skool banget. Old friends, old buddies. Jadi kayak kita ngerasa sebenarnya bener-bener kehilangan Ricky," ujar Michael Kienzy, Senior Marketing Manager Vans Indonesia.
"Sejak beberapa hari lalu, kita dapat support dari Vans Global untuk bikin tribute Ricky. Dan Seringai juga ternyata udah setuju ngasih blessing ke kita. Itu sih yang paling penting sebenarnya, blessing-nya Seringai," jelasnya.
Ia mengakui bahwa meski acara ini telah lama dirancang, nuansa duka karena kepergian Ricky membuat semuanya terasa berbeda. Terlebih, Seringai termasuk Brand Ambassador Vans dalam kategori legenda.
Seringai, yang harusnya memainkan musiknya di panggung lantas tampil sedikit berbeda. Ditemani anak dan istri Ricky dari sisi panggung, Seringai membicarakan kelanjutan band yang dibentuk bersama Ricky 23 tahun lalu, sambil memberi penghormatan kepada sang gitaris.
Jadi Diri, Sendiri
Malam itu Seringai tak tampil membawakan "Membakar Jakarta". Tapi musik mereka tetap berdentum agung. Arian, Sammy, dan Khemod, berbicara bersama di atas panggung, menyampaikan hormat kepada Ricky.
Selama hidupnya, Ricky memang bukan sekadar gitaris. Ia, yang merupakan pengguna setia Vans, adalah manifestasi hidup dari nilai-nilai yang dibela sang jenama: jadi diri, sendiri.
"Peti mati Ricky adalah yang terkeren yang pernah saya lihat. Kami menghiasnya dengan sticker band-band kesayangan Ricky, dan mempersilakan teman-teman sesama pecinta musik untuk menempelkan sticker band lain, kecuali AX7, karena Ricky nggak suka," ucap Arian, sambil bergurau.
Ricky juga akrab dengan dunia skateboard, dan pernah menjadi anggota Senayan Skate, yang turut hadir merayakan Ricky pada acara ini, ikut melekatkan stiker Vans di peti matinya beberapa waktu lalu. "No brainer kalau di peristirahatan terakhirnya, Ricky juga mengenakan Vans Old Skool," kata Sammy.
"Ya, beginilah coping kami dengan kematian sahabat kami," lanjut Arian, dengan suara yang sedikit menyiratkan kesedihan yang belum selesai, sebagaimana yang dirasakan Khemod dan Sammy. Intinya, Seringai bersepakat untuk merayakan kehidupan Ricky Siahaan, bukan terus tenggelam dalam duka.
Selalu, Selamanya
Tak semua orang bisa membuat kematian terasa seperti perayaan. Tapi Ricky, dalam hidupnya yang penuh renjana telah mewariskan cara. Bahwa kehilangan pun bisa dihadapi dengan keberanian, musik, dan persahabatan.
Voice of Baceprot, Global Ambassador Vans yang tampil pada malam "Block Party" lantas menyampaikan penghormatan mereka pada Ricky, sebagai salah satu panutan mereka. Hindia yang naik ke atas panggung di penghujung acara, kemudian mempersembahkan lagu "Kita Kesana" untuk Ricky. "Dia adalah salah satu idolaku," ucap Baskara Putra.
Pangkalnya, "Block Party" yang ditajuk sebagai momen perayaan untuk siluet Old Skool, akhirnya rampung dengan penuh renjana. Bersama semangat serta gairah yang pernah disampaikan Ricky selama kehidupannya yang penuh dengan nilai. Dan rasanya, semua yang hadir di Block Party merasa bersyukur, karena ikut hidup di masa yang bersamaan dengan seorang Ricky Siahaan.
"Selalu. Selalu. Selamanya."
(RIA)