Interest | Art & Culture

Film Pendek Indonesia yang Harus Kamu Tonton, Bagian Kedua

Kamis, 11 Apr 2024 14:35 WIB
Film Pendek Indonesia yang Harus Kamu Tonton, Bagian Kedua
Foto: Istimewa
Jakarta -

Bisa dibilang, medium film pendek menyimpan banyak karya brilian yang mungkin belum mendapat rekognisi seluas film panjang. Tak sedikit juga dari sutradara kenamaan yang namanya sering ditemui di berbagai poster di bioskop berkarya dalam medium ini-baik sebagai langkah awal kariernya atau sebagai sarana eksplorasi yang berbeda dengan film panjang. Indonesia pun tentu tidak pernah kekurangan film-film pendek menarik, seperti yang pernah kami rekomendasikan dua tahun lalu. Kini, CXO Media kembali dengan list rekomendasi film pendek Indonesia yang harus kamu tonton, yang tentunya tersedia secara resmi di internet!

The Anniversaries (Ariani Darmawan, 2006)

Menceritakan tentang realita hubungan pernikahan yang tidak ideal, The Anniversaries dieksekusi secara masterful dalam memperlihatkan jarak yang ada antara suami dan istri. Interaksi-interaksi kecil, potongan dialog, hingga perubahan ekspresi yang subtil dari para pemerannya menjadikan The Anniversaries sebuah film pendek yang berkesan.

The Anniversaries bisa disaksikan di sini.

Digdaya Ing Bebaya/Of the Dancing Leaves (B.W. Purbanegara, 2014)

Dokumenter karya B.W. Purbanegara dan rekan-rekannya di limaenam films ini menceritakan mengenai kehidupan nyata warga lereng selatan Gunung Merapi. Tiga orang yang menjadi sentral narasi adalah warga Desa Glagaharjo, daerah yang terpengaruh dampak letusan Gunung Merapi pada tahun 2010. Pasca pengungsian, mereka menolak untuk direlokasi. Digdaya Ing Bebaya memberi potret mengenai ketangguhan ketiga lansia ini, termasuk alasan mereka untuk bertahan di kampung halamannya pasca bencana terjadi. Karya ini mendapat Silver Award pada ajang Vidsee Juree Awards 2016.

Digdaya Ing Bebaya bisa disaksikan di sini.

Something Old, New, Borrowed and Blue (Mouly Surya, 2019)

Dengan durasi kurang dari 4 menit, Something Old, New, Borrowed and Blue merupakan film paling pendek dalam daftar ini. Namun, walau durasinya singkat, bukan berarti film satu ini tidak memiliki narasi dan pesan yang mendalam. Dengan latar tepat sebelum pernikahan, yang mendapat sorotan adalah karakter ibu dan anak. Melalui percakapan mereka, penonton dapat melihat kentalnya budaya patriarki di Indonesia. Kritik yang bernas, dibungkus dengan singkat dan tanpa basa-basi.

Something Old, New, Borrowed and Blue bisa disaksikan di sini.

Turut Berdukacita (Winner Wijaya, 2018)

Setelah seseorang meninggal, duka yang melanda orang-orang terdekat mereka tidak memberikan "pause" bagi hidup mereka. Sebaliknya, dalam duka, keluarga yang ditinggalkan masih memiliki kewajiban untuk "beramah-tamah" pada kerabat, keluarga besar, kolega, dan kenalan-kenalan yang sebenarnya entah siapa. Hal inilah yang digambarkan dalam film Winner Wijaya, Turut Berdukacita, di mana seorang anak yang baru ditinggalkan ayahnya harus berkali-kali menceritakan kronologi kematian sang ayahanda kepada para pelayat yang datang membawa pertanyaan. Tragis, namun rasanya menggelitik juga betapa insensitifnya budaya kita kadang-kadang.

Turut Berdukacita bisa disaksikan di sini.

Munggah Kaji/Pilgrimage to Mecca (Rivandi Adik Kuswara, 2017)

Wening, seorang perempuan berusia 80 tahun yang tinggal di desa dekat Gunung Merapi, tengah mempersiapkan keberangkatannya untuk beribadah haji. Kepergiannya yang telah direncanakan sejak lama ini juga dimaksudkan untuk "mewakili" teman dekatnya, Darmi, yang tidak bisa berangkat haji sendiri. Namun, cita-cita ini seakan ditentang oleh suami Wening-karena Wening menyimpan satu harapan untuk perjalanan ini, yang sulit diterima untuk suaminya. Menyoroti hubungan yang dimiliki antar manusia dengan sesamanya dan Sang Pencipta.

Munggah Kaji bisa disaksikan di sini.

(alm/tim)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS