Interest | Art & Culture

Talking About: Review Travis Scott's Utopia

Rabu, 02 Aug 2023 19:21 WIB
Talking About: Review Travis Scott's Utopia
Foto: Istimewa
Jakarta -

Digadang-gadang sebagai album di mana Travis Scott akan kembali ke sound dari album-album di awal kariernya, UTOPIA yang telah ditunggu oleh fans setelah Travis absen merilis album penuh selama lima tahun akhirnya rilis pada 28 Juli kemarin. Diskografi Travis Scott sendiri tergolong kuat, di mana tiap album yang ia miliki seluruhnya bisa digolongkan sebagai album terbaiknya bagi tiap basis fanbase berbeda.

Travis sendiri tidak pernah menggunakan sound yang sepenuhnya sama dalam album-albumnya, melainkan terus mengembangkan signature sound yang telah ia bangun ke arah yang lebih kolosal. Dengan ekspektasi yang tinggi ini, apakah UTOPIA berhasil memenuhinya? Almer dan Timo dari tim editorial CXO Media mencoba mendiskusikannya.

Almer: Quick verdict? Hit or miss?

Timo: Dari apa yang Travis janjikan dalam beberapa ucapannya sebelum UTOPIA dirilis, sudah jelas album ini tidak seperti janjinya. It's a miss for me. Sebagai pendengar Travis sejak 2015, alias di masa mixtape Days Before Rodeo masih jadi karya terakhirnya, gue nggak mendengar sound ala Travis Scott yang saat itu masih bernama Travi$ Scott-if you know you know. Dari lo sendiri bagaimana? Oke atau basic aja?

Almer: Nggak dua-duanya, haha. Dibilang jelek sih nggak, cuma gue pribadi lumayan disappointed. Sebagai follow-up dari ASTROWORLD, kualitasnya jauh. Gue nggak merasa ada momen-momen yang langsung "kena" kayak pertama gue dengar ASTROWORLD. Overall ada beberapa lagu yang gue suka, cuma sepertinya gue nggak akan dengar UTOPIA dari awal sampai akhir kayak gue dengar album-album dia yang lain.

Timo: ASTROWORLD memang gila banget sih saat pertama kali dirilis, baik dari segi hype dan respon para pendengarnya. Nah gue ngelihat UTOPIA punya hype yang satu level sama ASTROWORLD, tapi tidak dari segi "kenikmatan" lagu-lagunya. Sama kayak lo, gue nggak langsung dapetin beberapa lagu yang gue suka saat first time dengerin album ini. Gue malah lebih ke sisi appreciate segi sound UTOPIA yang lebih berani dan eksploratif. Walaupun gue sudah pernah dengerin sound kayak gini di Yeezus dari Kanye West, tapi apa yang dilakukan Travis di sini memang beda dari album-album sebelumnya, walaupun ada sisi kurangnya juga. Gimana kalau dari lo soal sound?

Almer: Nah, soal ini menurut gue lumayan seru untuk dibahas. Secara production, sebenarnya UTOPIA lumayan menarik-tapi sebenarnya berapa persen dari output akhir album ini yang bisa di-credit ke Travis? Atau justru yang produce kebanyakan dari kontribusi orang lain? Gue paham sih, bahwa dari dulu pun cara kerja Travis lebih mirip kurator yang memilih kolaborator untuk tiap project spesifik kemudian mengarahkan mereka secara kreatif, tapi misalkan kontribusi dari kolaborator-kolaborator tersebut malah overshadowing kehadiran dia di album sendiri, terus gimana? Soalnya, dari obrolan-obrolan ringan kita soal album ini pun, kita malah lebih sering bahas soal kolaboratornya.

Timo: Gila gue baru inget, dia kan awalnya memang produser terus baru dikenal sebagai rapper-mirip kayak Kanye West. Dan gue selalu merasa kurasi Travis buat beats yang dia pilih untuk album-albumnya selama ini juga lumayan berkarakter. Nah sesuai omongan lo juga, untuk UTOPIA memang terasa overshadowing. Bahkan buktinya kita sudah mikir lagu ini siapa ya bintang tamunya. Malah mindset kita nungguin dia duet sama siapa, bukan nungguin produksi ala Travis atau flow dia lagi. Karena harus diakui, ASTROWORLD itu cukup tertolong dengan bintang tamunya, kayak Drake, Don Toliver, ataupun James Blake.

Almer: Balik ke Yeezus, walau Travis sendiri memang punya producing credit di sana, gue rasa di UTOPIA dia pakai banyak banget elemen Yeezus. Bedanya dengan output Travis dulu, biarpun dia ambil elemen dan referensi yang luas banget, tapi karakter dia tetap kuat dalam hasil akhirnya. Hal ini sayangnya nggak gue rasakan di UTOPIA. Saat dengar, rasanya malah lebih kayak "Oh ini Yeezus." Jujur gue suka banget track "MY EYES", tapi itu pun karena lagu ini plek-plekan kayak Frank Ocean era Blonde, haha.

Timo: Track "CIRCUS MAXIMUS" juga Yeezus banget. Ditambah lagi dia malah kehilangan identitasnya di sini. Gue tidak lagi dengerin komposisi lagu Travis yang verse-chorus-verse-chorus. Inget kan "Can't Say" atau "Through The Late Night"? Nah yang kayak gitu nggak ada di sini. Kita udah nggak diajak sing along lagi sama Travis. Apa yang dia sajikan di sini jadi kayak rapper lain aja. Gue denger Travis kayak trying too hard buat impress kita dengan flow rap-nya. Kesan chill sekaligus mistik dari lagu-lagunya yang dulu udah hilang semua di UTOPIA. Apesnya, gue ngerasa dia cuma jadiin UTOPIA untuk lagu-lagu live aja alias cuma buat naikin hype biar penonton pada moshing.

Almer: Gue pun merasa bahwa Travis kayak memaksakan album ini untuk jadi blockbuster hit-tapi karena dipaksa, rasanya malah jadi "kosong". Sepertinya nggak fair kalau terus-terusan bandingin dengan album sebelumnya, tapi gue rasa di ASTROWORLD ada balance yang pas antara lagu-lagu yang moshpit-ready dengan yang lebih personal. Mulai dari nama album, narasi yang dibawa, sampai referensi sound-semuanya punya roots ke Houston. Di sini, Travis rasanya masih merepresentasikan something, dan dia berhasil membawa roots dia tersebut ke panggung dan spektakel lebih besar. Terkait lagu-lagu di UTOPIA yang rasanya cuma dibuat untuk moshing, menurut lo responsible nggak dia bikin begitu setelah tragedi konser beberapa tahun kemarin?

Timo: Iya, identitas dan roots Travis terasa hilang di UTOPIA. Dari background dia sendiri, sampai the whole sound yang semuanya pudar sejak lagu pertama dimainin. Nah bicara soal responsibility dia setelah tragedi beberapa tahun lalu, memang ironis sih. Travis seakan-akan lupa kalau dia punya sejarah kelam yang terasa dilupakannya. Malah gue ngelihat dia semakin pengen nunjukin sisi "rager" dari UTOPIA biar para penonton mau moshing. Gila sih album ini memang kayak ngebuat kita yang udah dengerin Travis dari lama, malah jadi seakan nggak mengenal dia lagi. Identitas berubah, baik dari segi lagu sampai personality-nya di luar panggung. Makanya gue nggak aneh banyak yang mengkritik lagu ini, walaupun banyak fans-nya yang cuma ngikutin arus dengan bilang UTOPIA jadi album of the year, even century.

Almer: Itu klaim yang benar-benar kejauhan sih menurut gue, haha. Walau ada lirik yang nge-address soal tragedi konser ASTROWORLD kemarin-di "MY EYES"-tapi rasanya dia takut untuk benar-benar membuka diri dan jadi vulnerable kayak di "Coffee Bean", misalnya. All in all, walau gue masih bisa menikmati, album ini rasanya memang agak "asing". Final verdict dan ranking diskografi versi lo gimana?

Timo: Hahaha kejauhan ya, tapi beneran deh gue nggak bisa menikmati album ini sama sekali. Sekarang pun gue tidak ada niat mendengarkan UTOPIA lagi. Don't wanna waste my time with this album.

Gue tahu pasti banyak yang nggak setuju top 2 gue, tapi inget: my list, my rules. Jadi inilah ranking album Travis Scott versi gue:
1. Birds in the Trap Sing McKnight (no skips)
2. Rodeo (first half really strong, but second half mulai turun)
3. ASTROWORLD (only few hits)
4. UTOPIA (baca semua komen gue di atas aja)

Sekarang giliran lu!

Almer: Nggak masalah, gimana pun ranking-nya gue tetap bisa respect, asalkan paling atas bukan album you-know-what, haha. Bercanda, kok. Buat gue:
1. ASTROWORLD (secara konseptual kuat banget)
2. Rodeo (groundbreaking)
3. Birds in the Trap Sing McKnight (super enjoyable)
4. UTOPIA (gue paling balik untuk dengar beberapa track saja)

(tim/alm)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS