Interest | Art & Culture

Staff Picks Ramadan: Kami Mengumpulkan Lagu-lagu Tidak Religius Namun Spiritual

Jumat, 24 Mar 2023 16:00 WIB
Staff Picks Ramadan: Kami Mengumpulkan Lagu-lagu Tidak Religius Namun Spiritual
Foto: Instagram: @bobmarley
Jakarta -

Bulan Ramadan yang sarat berkah akhirnya tiba juga! Selain ditandai pelaksanaan Sidang Isbat, aroma Ramadan juga diiringi sejumlah lagu religi-seperti "Ramadan Tiba" milik Opick atau "Marhaban Ya Ramadan" dari Haddad Alwi—yang menjadi lebih sering diputar di kanal publik.

Walau demikian, keagungan bulan Ramadan ternyata tidak henti di sana. Maksudnya, bulan suci yang sejatinya bernilai spiritual—dan bukan sebatas ritual—ini juga dapat dimaknai lewat berbagai input. Misalnya, lewat lagu-lagu di luar tema religi yang mengandung substansi spiritualitas jika dirasakan secara lebih mendalam.

Untuk itu, Tim CXO Media telah menghimpun beberapa lagu bernilai spiritual pilihan para staf, yang semoga bisa membuat momen Ramadan kita menjadi lebih khidmat!

Odin - Content Creative
"Within You Without You" - The Beatles

Ini lagu masa kecil gue yang sering banget dimainin di salah satu channel televisi. Gue ingat banget, alunan nadanya yang "nguang-ngueng" di telinga malah berhasil mengenalkan varietas nuansa dari alunan musik, khususnya keunikan musik-musik tradisional asal daratan India. Kemudian, kalau lirik lagu "Within You Without You" lo cerna dengan lebih saksama, lo pasti akan lebih merefleksi diri. Kayak, semua kesulitan yang ada di dalam diri tuh sebenarnya kita sendiri yang menciptakan. Intinya lagu ini mengajak siapa pun yang mendengar untuk lebih mendengar diri sendiri alias berkaca ke dalam diri.

[Gambas:Youtube]

Timo - Content Editor
"It's Far Better to Learn" - Saosin

Ketika mendengarkan "It's Far Better to Learn" dari Saosin, verse pertama membuat saya berpikir bahwa lagu ini tentang Tuhan yang mencoba meyakinkan umat-Nya bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka dalam kondisi sesulit apapun. Ketika masuk ke chorus, point of view berubah menjadi sosok manusia yang bertanya kepada Tuhan tentang apa maksud-Nya menempatkan ia di dunia, serta betapa besar value hidupnya di mata Tuhan. Pada akhirnya, lagu ini mengajarkan saya tentang self-worth yang penting untuk dimiliki ketika kita hidup di dunia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu pula, tanpa merasa ragu-ragu, saya turut mendedikasikan satu lagu ini secara khusus lewat tinta di badan.

[Gambas:Youtube]

Almer - Content Editor
"At Your Best (You Are Love)" - Frank Ocean

Sebagai disclaimer, ini bukan lagu Frank Ocean, tapi cover dari The Isley Brothers yang sempat dipopulerkan oleh Aaliyah pada 1994. Aransemen yang sparse dari versi Frank Ocean ini seakan memberi "ruang" untuk interpretasi pribadi liriknya yang memang open-ended—dan bagi saya bisa dibaca sebagai perbincangan dengan Tuhan. Saya adalah pribadi yang jauh dari kata religius, namun dalam pemaknaan saya mengenai esensi "ajaran Tuhan", kasih sayang adalah benang merah yang mengikat umat manusia.

Potongan lirik "But at your best, you are love/You're a positive motivating force within my life", saya pandang sebagai penggambaran hubungan manusia dengan bentuk paling murni gagasan tentang Tuhan. Mungkin kita tak sepakat tentang bagaimana memaknai firman Tuhan—atau bahkan tentang apa itu Tuhan—namun kita semua bisa sepakat bahwa kasih sayang merupakan salah satu kualitas terbaik yang bisa dimiliki dan dibagikan oleh spesies kita.

[Gambas:Youtube]

Dean Adam - Content Creative
"White Ferrari" - Frank Ocean

Sedikit beda dari Almer, lagu ini beneran punya Frank Ocean, sang puisi berjalan. Di lagu "White Ferrari" ini gue merasa ada aspek spiritual yang khas, meskipun lagu ini lebih dianggap sebagai love song oleh banyak orang. Ya, wajar sih, sebenarnya. Karena gue rasa interpretasi orang-orang ke lagu Frank Ocean memang luas.

Kalau lebih diperhatikan, lirik-lirik plus instrumental yang Frank pilih buat "White Ferrari" bisa bikin siapa pun merasa melayang-layang, dan gue adalah salah satunya. Lagu ini mampu membuat gue lebih berintrospeksi tentang keberadaan diri gue di dunia.

"I'm sure we're taller in another dimension,
You say we're small and not worth the mention"

Penggalan lirik di atas sukses bikin gue merasa kalau "personal relationship" gue dengan Tuhan nggak sebatas kehidupan gue di bumi saja. Lebih dari itu, gue juga yakin kalau di "dimensi lain", gue akan diangkat lebih tinggi. Dengan kata lain, meskipun "insignificance" kehidupan sangat terasa saat manusia merasa "lonely", sebenarnya itu tuh cuma setitik dari luasnya alam semesta. Dan, Tuhan maha melihat dan mengetahui segalanya.

[Gambas:Youtube]

Aldi - Content Writer
"Could You Be Loved" - Bob Marley

Jika Tuhan adalah perwujudan rahman dan rahim (rasa kasih dan sayang) di dalam diri manusia, maka satu lagu dari Bob Marley ini sukses membantu gue melihat kasih dan sayang-Nya secara lebih terstruktur. Ya, walaupun alunannya lebih ngajak pendengar berdansa santai, diksi-diksi yang tertuang dalam lirik "Could You Be Loved" seakan-akan menyerupai dialog antara makhluk yang diciptakan (manusia) dengan sang pencipta (Tuhan).

Ini pertanyaannya:

"Could you be loved
And be loved?
Could you be loved
And be loved?"


Dan ini jawaban-Nya:


"Don't let them fool ya
Or even try to school ya
Oh no
We've got a mind of our own
So go to hell if what you're thinking is not right
Love would never leave us alone
Ay, in the darkness there must come out the light"

Selain potongan-potongan lirik di atas, lagu ini juga masih menyediakan banyak hal esensial bagi manusia yang mencoba bertemu dengan-Nya-atau sekadar ingin mendengar petuah-Nya. Mulai dari anjuran bersabar dalam hidup, merasa yakin dengan diri sendiri, petuah bijak untuk mengasihi sesama, dan seterusnya. Yang pasti, lagu ini menitipkan pesan besar kepada manusia untuk terus yakin dengan Tuhan yang nggak pernah ingkar kasih sayang.

[Gambas:Youtube]

(RIA/cxo)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS