Interest | Art & Culture

Marvel dalam Lingkaran Kritik dari Para Sineas

Kamis, 01 Dec 2022 13:00 WIB
Marvel dalam Lingkaran Kritik dari Para Sineas
Foto: Wikimedia Commons
Jakarta -

Rangkaian film dalam Marvel Cinematic Universe (MCU) memang selalu menghadirkan jumlah penonton jutaan. Penggemar mereka di seluruh dunia, termasuk Indonesia juga sangat banyak. Lihat saja bagaimana antusiasme penonton saat film-film MCU diputar di Indonesia. Namun sebesar apapun kesuksesan yang didapatkan, selalu ada kritik yang menghampiri. Film-film MCU pun juga beberapa kali mendapatkan kritik pedas dari para sineas.

Beberapa waktu lalu, Quentin Tarantino menjadi sineas terakhir yang mengkritik MCU. Dalam sebuah podcast bernama 2 Bears, 1 Cave, sutradara Kill Bill itu berkata: "Bagian dari Marvel-ization of Hollywood adalah... Anda memiliki semua aktor yang menjadi terkenal karena memainkan karakter-karakter tersebut. Tapi mereka bukanlah bintang utamanya. Benar, bukan? Kapten Amerika adalah bintangnya. Atau Thor adalah bintangnya... Karakter franchise inilah yang menjadi bintang utama."

Apa yang diucapkan oleh Tarantino sama sekali tidak salah. Harus diakui saat tokoh superhero diperankan oleh aktor A, lalu diganti aktor B untuk film berikutnya, tetap saja banyak orang yang menonton film tersebut. Alasannya karena para penonton memang ingin menonton superhero, bukan melihat aktor yang memainkan peran itu.

Tarantino sendiri mengaku sebagai fans komik Marvel sejak kecil. Namun melihat bagaimana MCU mendominasi budaya pop pada saat ini, ia merasakan kekhawatiran. "Begini, saya dulu mengoleksi komik-komik Marvel seperti orang gila ketika saya masih kecil. Ada aspek lain bahwa jika film-film ini dirilis ketika saya berusia dua puluhan, saya akan benar-benar bahagia dan sangat menyukainya. Tapi, Anda tahu, saya hampir berusia 60 tahun. Jadi saya tidak terlalu bersemangat menyambut film-film mereka. Satu-satunya senjata saya untuk melawan mereka adalah mereka sengaja membuat semuanya. Mereka berusaha membangkitkan hype melalui para fanbase atau bahkan dari studio sendiri," tambah Tarantino.

Komentar Tarantino langsung mendapatkan respon dari Simu Liu, pemeran Shang-Chi dalam film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings. Liu langsung menulis via Twitter bahwa kalau hanya Tarantino atau Martin Scorsese yang menjadi penentu siapa yang bermain film di Hollywood, maka ia tidak akan pernah mendapatkan peran di film dengan keuntungan di atas $400 juta. Selain itu, ia juga bilang kalau era keemasan Hollywood hanya dikuasai para kulit putih saja.

Ya benar, jika kamu melihat nama Martin Scorsese di atas, sutradara berumur 80 tahun itu terlebih dahulu mengkritik MCU. Bagi Scorsese, film superhero yang memang lagi dikuasai MCU hanya seperti taman bermain, bukan lagi menjadi sebuah pengalaman berharga di dunia perfilman. Kritik yang dilontarkan Scorsese malah lebih banyak direspon para punggawa MCU, dimulai dari Chris Evans, Samuel L. Jackson, hingga Joss Whedon.

Melihat bagaimana Marvel beserta MCU berada di dalam lingkaran kritik dua sineas yang karya-karyanya diakui, maka hal ini menjadi pertanyaan tersendiri. Banyak yang menyatakan bahwa MCU terhitung tidak mempedulikan people of color untuk mengisi posisi penting di struktur organisasi film mereka sejak awal, tapi baru mau memberikan posisi tersebut saat sudah sukses seperti sekarang.

Selain itu, komentar Liu yang menyatakan industri film pada beberapa tahun lalu hanya dikuasai kulit putih juga dibantah karena Tarantino dan Scorsese termasuk penggerak dalam memperkenalkan film-film non barat sejak dini.

Pada akhirnya, MCU akan terus melahirkan film-film superhero dengan budget tinggi dan tetap akan disambut manis oleh para fans. Sedangkan Tarantino dan Scorsese juga akan terus melahirkan film-film keren, serta mendukung para tokoh film people of color dan non barat dari waktu ke waktu. Jika memang ingin berkaca dari kritik yang diberikan para sineas, sebenarnya Marvel bisa mendengarkan kritik yang diucapkan oleh bagian dari MCU sendiri, yaitu pemeran Doc Ock, Alfred Molina tentang betapa mahalnya dana untuk membuat satu film MCU: "Pada akhirnya, pembuatan film-film MCU bukanlah masalahnya. Masalahnya adalah distribusi dana yang tersedia untuk membuat film sangat tidak merata. Apakah film benar-benar harus menelan biaya sebesar $300 juta? Apakah film-film itu harus menghabiskan $150 juta untuk mendapatkan penonton? Apa pun yang dikatakan para akuntan, atau apa pun strategi ekonominya, ada semacam ketidaksetaraan perihal hal itu."

[Gambas:Audio CXO]

(tim/DIR)

Author

Timotius P

NEW RELEASE
CXO SPECIALS