Interest | Art & Culture

Boneka Arwah: Dari Subkultur Menjadi Tren

Sabtu, 22 Jan 2022 12:00 WIB
Boneka Arwah: Dari Subkultur Menjadi Tren
Ilustrasi Boneka Arwah - Foto: Camilo Jimenez/Unsplash
Jakarta -

Jagat maya diramaikan oleh beberapa selebriti yang mengadopsi boneka arwah atau spirit doll, salah satunya adalah Ivan Gunawan. Boneka ini ia perlakukan layaknya seorang anak; diberi nama, diberi makan, serta dirawat dan diajak berkomunikasi. Sejatinya, masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan mistisisme dan kepercayaan supranatural. Namun belakangan, spirit doll ramai dibicarakan setelah beberapa selebriti mengadopsi mereka sebagai anak. Tak hanya itu, spirit doll juga bisa menjadi ladang bisnis lantaran untuk mengadopsinya dibutuhkan biaya yang tak sedikit. Bagaimana boneka arwah yang mengakar dari tradisi mistisisme dan berawal sebagai subkultur, kini menjadi tren di kalangan masyarakat umum?

Bermula dari Thailand?

Sebenarnya, apa itu spirit doll dan bagaimana awal mulanya ia digunakan? Spirit doll merupakan sebuah boneka yang menyerupai anak kecil dan diisi dengan roh anak kecil. Dilansir dari Tirto, spirit doll yang sekarang populer mirip keberadaannya dengan boneka arwah Luuk Thep yang sempat viral di Thailand.

Luuk Thep sendiri berarti "boneka malaikat anak-anak". Mereka dipercaya bisa membawa keberuntungan dan kemakmuran. Di Thailand, ritual untuk memasukkan roh ke dalam boneka dilakukan oleh biksu Buddha. Sama seperti di Indonesia, meski secara historis Luuk Thep keberadaannya sudah cukup lama, ia baru menjadi populer setelah praktik ini viral di media sosial dan mulai dilakukan oleh selebriti. Seiring meningkatnya popularitas Luuk Thep, pada tahun 2016, Thai Smile Airways bahkan menyediakan tiket pesawat untuk boneka-boneka tersebut.

Menurut Polachan (2019), Luuk Thep memiliki kesamaan dengan kepercayaan masyarakat Thailand dengan Kuman Thong atau jimat bayi. Kuman Thong berbentuk figuriĀ anak kecil berwarna emas yang dipercayai sebagai jimat yang bisa membawa kemakmuran. Patung-patung ini biasanya diletakkan di rumah-rumah untuk membawa keberuntungan bagi penghuninya. Meski keberadaannya sudah ada sejak periode Ayutthaya, Kuman Thong bukan merupakan kepercayaan dari Buddhisme sebab ia melibatkan ritual magis dan menggunakan arwah bayi yang sudah meninggal.

Menjadi Tren di Kalangan Selebriti

Di Indonesia, kita mengenal berbagai media yang menjadi tempat tinggal bagi arwah, mulai dari jenglot, jailangkung, hingga benda seperti keris bisa menjadi media mereka. Pembeda boneka arwah dari media-media yang lain terletak pada bagaimana ia diperlakukan, yaitu layaknya seorang anak. Indonesia juga memiliki sosok kolektor boneka arwah, salah satunya adalah Fira Harun. Sebelum menjadi kolektor, Fira sebelumnya juga aktif di komunitas indigo.

Sebagai indigo, Fira Harun memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan arwah atau entitas lainnya yang diturunkan melalui sang nenek. Kini, Fira telah menjadi orang tua asuh dari 349 boneka arwah. Fira mengungkapkan, bahwa dengan menjadi orang tua asuh dari boneka arwah, ia sedang menyediakan tempat singgah sementara bagi arwah anak-anak kecil yang belum bisa berdamai dengan kenyataan bahwa mereka telah "berpulang". Sehingga, berbeda dari Luuk Thep yang dipercayai bisa membawa keberuntungan, spirit doll yang diasuh dimaksudkan untuk "membantu" arwah anak kecil. Fira Harun mengatakan, tidak harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh dan bisa mengadopsi spirit doll, siapapun bisa mengadopsinya. Harga untuk mengadopsi pun beragam, mulai dari Rp 500 ribu hingga ratusan jutaan rupiah.

Sejak Ivan Gunawan dan beberapa selebriti secara terbuka menunjukkan bahwa menjadi orang tua asuh dari spirit doll, kehadiran boneka ini telah dibicarakan secara terbuka. Banyak netizen bahkan merespon secara positif ketika melihat selebriti memperlakukan mereka layaknya anak sungguhan. Uniknya, beberapa netizen juga berkomentar bahwa setelah mengadopsi spirit doll, hidup mereka lebih teratur dan lebih taat ibadah.

Sontak, fenomena spirit doll yang semakin populer ini menuai berbagai macam respons. Mulai dari tokoh agama yang mengatakan spirit doll adalah musyrik hingga psikolog yang mengatakan bahwa mengadopsi spirit doll memiliki bahaya terjebak halusinasi. Namun yang menjadi menarik adalah, bagaimana praktik yang sebelumnya merupakan bagian dari subkultur mampu meraih popularitas, dan menjadi fenomena umum di kalangan masyarakat awam. Bahkan, spirit doll menjadi ladang bisnis yang menjanjikan karena boneka ini diperjualbelikan di e-commerce dengan harga yang tak murah.

Bagian dari Budaya Urban

Jajang Gunawidjaya, Antropolog Universitas Indonesia, mengatakan jejak-jejak kepercayaan terhadap medium seperti boneka arwah sebenarnya sudah ada sejak lama dalam budaya Indonesia. Dalam berbagai budaya, boneka arwah berfungsi sebagai medium untuk mengenang arwah leluhur atau kerabat. Sebab, boneka bisa menjadi medium untuk berkomunikasi dengan orang yang dicintai setelah wafat.

"Ada boneka yang bisa digerakan dengan mantra-mantra tertentu seolah-olah boneka itu bisa bergerak sendiri. Nah itu sebagai tanda cinta terhadap almarhum atau almarhumah. Bahkan jauh sebelum itu pada masa purbakala, itu bukan dalam bentuk boneka, tapi dalam bentuk patung. Patung yang dipuja sebagai medium untuk berkomunikasi dengan arwah yang bersangkutan," kata Jajang pada cxomedia.id, Senin (10/1/21).

Dalam perkembangan berikutnya, banyak orang yang membuat boneka secara mandiri, seperti jailangkung yang populer tahun 70an hingga 80an, namun fungsinya adalah untuk berjudi. Roh yang masuk ke medium itu pun bisa berupa arwah yang belum tenang ataupun makhluk halus selain arwah. Selain itu, ada juga boneka Wayang Golek yang populer pada tahun 60an hingga 70an, yang juga dipercaya dirasuki roh yang menggerakkan boneka wayang.

Dalam konteks ini, fungsi dari boneka arwah ini menjadi hiburan bagi masyarakat. Dalam tren yang berkembang sekarang, Jajang mengatakan boneka arwah ini merupakan sisi lain dari budaya masyarakat urban. Prinsipnya sebenarnya sama, hanya saja ada dimensinya berubah. Boneka yang tadinya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang dikasihi, kini fungsinya bisa bermacam-macam dalam budaya kota. Salah satunya, sebagai hiburan.

"Itu prinsipnya sebenarnya sama, cuma berubah dimensi saja. Salah satunya bisa menjadi hiburan bagi masyarakat kota untuk menghilangkan stres. Tapi ada juga yang menggunakan itu untuk judi, atau untuk melukai orang-orang yang tidak disukai, misalnya lawan politik," lanjut Jajang.

Ia juga menjelaskan, fungsi boneka arwah sebagai hiburan juga tak menutupi adanya kepentingan ekonomi. Melihat banyaknya boneka arwah yang sekarang dijadikan tontonan atau konten di media. Namun menurutnya, kepercayaan terhadap unsur-unsur gaib tidak akan pernah luntur dari budaya masyarakat kita. Terutama, kepercayaan gaib yang bisa dimanipulasi untuk kepentingan manusia.

[Gambas:Audio CXO]

(ANL/DIR)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS