Interest | Art & Culture

Pudarnya Boy Band di Indonesia

Selasa, 04 Jan 2022 11:12 WIB
Pudarnya Boy Band di Indonesia
Foto: ALAN ZANGER
Jakarta -

Industri musik di Indonesia cukup menarik dan cukup dinamis untuk diikuti. Mulai dari era 80-an, 90-an, sampai 2000-an, musik yang menjadi tren di Indonesia berbeda-beda di setiap eranya. Walaupun berbeda era, musik akan selalu mendapat tempat di hati para pecinta musik.

Kalau berbicara tentang tren musik, pasti tidak akan lepas dari boy band. Sejarah awal boy band sudah ada sejak akhir abad ke-19, yaitu dengan munculnya kelompok capellabarbershop. Saat itu istilah boy band belum digunakan, dan masih menggunakan nama kelompok vokal. Pada era 1950-an, muncul kelompok vokal Afrika-Amerika, The Ink Spots. Kelompok The Ink Spots diklaim sebagai kelompok vokal atau boy band pertama di dunia.

Tapi kalau ngomongin siapa boy band yang paling eksis untuk pertama kali, tentu tidak bisa lepas dari nama The Jackson 5. Grup ini beranggotakan Jackie, Tito, Jermaine, Marlon, dan siapa lagi kalau bukan sang raja pop dunia, Michael Jackson. The Jackson 5 mulai eksis di ranah musik sejak tahun 1964 sampai terakhir kali aktif di tahun 1990. Tur mereka yang paling sukses terjadi di tahun 1984, dimana pada saat itu untuk yang terakhir kalinya Michael Jackson bergabung bersama The Jackson 5.

Masuk ke tahun 90-an menjadi era yang subur bagi tumbuhnya boy band, nama-nama seperti New Kids on The Block, Take That, Backstreet Boys, Westlife, Boyzone, atau Nsync cukup mewarnai industri musik dunia pada saat itu. Di era ini juga boy band di Indonesia mulai muncul ke permukaan dan menjadi idola, sebut saja M.E, T-Five, FBI, Cool Colors, Coboy, sampai Trio Libels. Tak hanya dari genre pop, bahkan ada yang datang dengan membawa warna musik baru seperti hip hop dan R&B.

Meskipun begitu, tren boy band Indonesia 90-an mulai pudar ketika masuk ke era 2000-an yang dipenuhi dengan solois pop dan grup band bergenre rock. Namun, lagu-lagu boy band era 90-an masih sangat membekas di telinga bahkan sampai saat ini. Sebut saja lagu 'Inikah Cinta' milik M.E yang masih banyak diputar di platform streaming musik dan radio-radio yang ada di Indonesia.

Bangkit Dan Jatuh Kembali

Memasuki tahun 2010-an, boy band di Indonesia mulai kembali bermunculan. Hal itu terjadi karena dampak dari maraknya demam budaya Korea Selatan di Tanah Air. Boy band SM*SH hadir sebagai bangkitnya boy band lokal versi modern. Melihat suksesnya SM*SH, gak sedikit yang mengikuti jejak mereka untuk mempopulerkan boy band yang kemudian menjadi tren. Lumayan banyak boy band yang terbentuk dan mendominasi industri musik Indonesia pada masa-masa itu, tapi sayangnya eksistensi mereka hanya bertahan beberapa tahun saja.

Menanggapi fenomena ini, pengamat musik Budi Ace pun ikut berkomentar. Dikutip dari wawancaranya tahun 2013 lalu, menurutnya ada tiga faktor yang membuat konsumen atau penikmat musik meninggalkan boy band. Faktor pertama, boy band ini hanyalah sebuah boneka yang hadir tanpa visi dan misi. "Mereka hanyalah boneka semata. Apa yang mereka lakukan hanyalah semacam menyajikan saja, tidak ada visi misi yang jelas tentang karya yang mereka bawakan, disini kepentingan bisnis industri lah yang dikedepankan" menurut Budi.

Faktor kedua, tidak adanya penjiwaan terhadap karya yang dimiliki. "Tidak ada penjiwaan terhadap karya. Dimana mereka kurang menyadari betul pentingnya penjiwaan atas sebuah karya", kata Budi. Budi Ace juga mengaku sudah membaca sebuah studi bahwa pemerintah Korea Selatan dengan sungguh-sungguh memperhatikan potensi boy band ini untuk kedepannya. Sehingga keunikan mereka gak cuma dikenal di kandang sendiri, tapi juga di dunia musik internasional.

Lalu, apa yang menjadi faktor ketiga? Budi menjelaskan, "Pernah saya menyaksikan sebuah acara audisi boy band dimana masukan dari para juri kepada para peserta hanya dalam batasan gerak ataupun olah vokal. Buat saya dunia musik lebih dari itu, butuh penjiwaan, butuh identitas untuk dapat bertahan. Dan untuk dapat dicintai, mereka harus dapat menghasilkan suatu karya. Menulis lagu bagi saya adalah hal yang mutlak. Dan itu tidak saya temukan pada era gegap gempita boy band yang sekarang hampir mati ini," kata Budi.

Lalu seiring dengan berjalannya waktu, ketenaran boy band di Indonesia benar-benar memudar. Beberapa di antara mereka ada yang memilih untuk vakum, bahkan bubar. Setelah itu, ada yang berkarir sebagai solois sampai aktor. Salah satu contohnya adalah Bisma 'SM*SH' yang sampai tahun 2021 sudah bermain kurang lebih sepuluh film layar lebar.

Selain itu mengutip dari berbagai sumber, ada beberapa faktor lain yang menjadi pendukung pudarnya demam boy band di Indonesia. Diantaranya adalah,

  1. Orisinalitas boy band Indonesia vs K-Pop

Sebelum Indonesia dilanda oleh demam boy band, K-Pop lebih dulu dihuni oleh bintang-bintang berbakat dalam satu grup. Banyak yang ter influence K-Pop dari style dan musiknya, tapi kalau disandingkan, beda kualitas yang terlihat cukup mencolok.

     2. Boy band identik dengan 'perempuan'

Sudah menjadi fenomena kalau boy band kebanyakan di idolakan oleh kaum perempuan. Oleh karena itu, kalau ada laki-laki yang ngefans dengan boy band, bakal dipandang aneh oleh masyarakat kita.

     3. Hanya Mengikuti Tren

Karena hanya tren yang bersifat musiman, popularitas mereka pun tidak bertahan lama. Ketika penikmat musik mulai beralih ke arah warna musik yang lain, pelan-pelan kehadiran boy band pun mulai ditinggalkan.

     4. Tidak Lagi Punya Karya Baru

Salah satu alasan mengapa boy band remaja seperti Coboy Junior ikut bubar dikarenakan mereka tidak memiliki karya baru yang bisa menjual dan bisa dinikmati oleh pasarnya. Fans yang tidak lagi loyal akhirnya berpindah mendengarkan penyanyi lain yang memiliki karya musik yang lebih segar dan lebih enak di dengar.

     5. Strategi Promosi Yang Berbeda

Tingginya minat masyarakat terhadap K-Pop mampu diimbangi dengan strategi promosi yang bagus. Mulai dari promo single, jadwal konser, sampai meet and greet, semua tertata dengan rapi. Sedangkan kalau di Indonesia, fans diberi 'bongkahan' besar sekaligus, ketimbang membuat mereka penasaran.

Pada era sekarang ini, tren musik pastinya lebih berkembang dan lebih dinamis lagi. Pecinta musik juga bisa lebih mudah untuk mendengarkan musik dikarenakan mulai berkembangnya berbagai platform streaming musik seperti Spotify, Joox, Apple Music, dan masih banyak lagi. Dengan hadirnya platform streaming ini, pendengar musik juga bisa mengeksplorasi genre yang lebih luas. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, euforia band lokal akan kembali melanda di Indonesia.

[Gambas:Audio CXO]



(PUA/MEL)

NEW RELEASE
CXO SPECIALS